You’re Still My Wife( part 5)
Author : Fujiwara Yumi
Genre : Romance, Married Life
Main cast : Lee Jung Hyun, Luhan,
Kris, Kim Jinni
Other cast : Silahkan di cari ^^
Perhatian!!
Semua FF yang saya buat berdasarkan pemikiran sendiri,
inspirasi kebanyakan dari drama atau kehidupan pribadi, No Copy n No Bash.
Jangan bingung saat baca karna q ga kasih Point Of View (POV)
tapi q kasih pembatas, dan AWAS!! banyak typo bertebaran. ^^
Happy Reading
Di tinggalkan seseorang yang sangat kita cintai memang
begitu menyakitkan, apalagi kita sudah tidak bisa melihat wajahnya, senyumnya
bahkan mendengar suaranya.
Hal itu pula yang kini dirasakan Junghyun, meninggalnya
Chanyeol meninggalkan luka yang begitu dalam di hatinya yang membuatnya
kehilangan semangat hidupnya.
Cuti yang di ambil Junghyun selama tiga hari seperti sebuah
paket pertemuan yang ditakdirkan Tuhan untuknya bertemu Chanyeol yang lebih
dari 2 tahun tak saling bertemu, dan juga sebagai pertemuan terakhir dengannya.
Junghyun duduk di sofa dekat jendela apartemennya sambil
menekuk lututnya, matanya menerawang keluar jendela, suasana rumah yang gelap
karna matahari mulai tenggelam tak dihiraukannya.
Sampai terdengar suara pintu terbuka dan lampu ruang tamunya
dinyalakan oleh Luhan yang baru saja pulang dari kantor, tapi Junghyun masih
tak menghiraukannya.
Sudah 3 hari setelah kepergian Chanyeol, Luhan melihat
istrinya seperti itu hidup tanpa semangat bahkan orang-orang di kantornya
banyak yang membicarakannya karna sikap yang jauh dari sifat asli Junghyun yang
ceria dan penuh senyum.
Luhan mendekati istrinya yang masih dengan posisinya yang
menatap keluar jendela dengan kaki di tekuk ke atas sofa.
“Junghyun, apa kau sudah makan?”
Hanya dibalas gelengan kepala oleh Junghyun.
“Bagaimana kalau kita makan di luar”
“Aku sedang tidak ingin apapun Luhan” jawab Junghyun datar.
“Jika kau ingin makan, sudah ku siapkan diatas meja” lanjut
Junghyun dengan senyum yang di paksakan.
Saat keluar dari kamar, Luhan sudah tak melihat Junghyun di
sofa, Luhan mencoba membuka kamar Junghyun dan mendapati istrinya meringkuk di
atas tempat tidurnya sambil memandangi sebuah foto yang disimpan dalam sebuah
bingkai warna biru.
Foto Junghyun dengan mendiang kekasihnya Chanyeol, Luhan tak
suka melihatnya karna Luhan dalam hati sudah mengakui kalau dia menyukai
Junghyun.
Perlahan
Luhan menutup kembali pintu kamar Junghyun kemudian menyandarkan tubuhnya pada
daun pintu sambil menghela nafas.
“Junghyun-ah…”
#
Sehun
sedang merapikan rambutnya di depan cermin kemudian menutupinya dengan topi
yang di pakai terbalik, dan tak lupa memakai kaca mata berwarna hitam
favoritnya.
“Aahh…bukankah
aku begitu tampan, bahkan para member EXO kalah dengan ketampananku” Sehun
bicara sendiri dengan bayangannya di cermin sambil memegang dagunya.
“Dengan
begini, pasti semakin banyak gadis dikampus menyukaiku tapi…pasti Dahye akan
menceramahiku panjang lebar…ah molla”
Sehun
mengambil tasnya kemudian keluar kamar dan menuju ruang makan untuk sarapan. Dan
sebelum mendapat ceramah dari kekasihnya, Sehun sudah terlebih dahulu
diceramahi oleh ibunya.
“Omo…Sehunnie,
ya kenapa kau berpakaian seperti itu”
“Aku
tampan kan omma” Sehun menjawab dengan santai.
“Omma
tahu tapi kau ini kan mau kekampus bukan untuk menjadi model”
Tanpa
mempedulikan ommanya yang sedang mengomentari penampilannya, Sehun duduk dan
mengambil roti kemudian memakannya.
“Ya…anak
bandel, omma sedang bicara padamu” ommanya memukul kepalanya dengan sumpit.
“Ah…appo
omma” Sehun meringis kesakitan sambil melihat kearah ibunya.
“Dengan
begini, akan banyak gadis menyukaiku omma, aku tidak ingin di jodohkan seperti
Luhan hyung” lanjut Sehun.
“Belajarlah
dengan benar, jangan memikirkan hal seperti itu” appa Sehun yang baru keluar
dari kamarnya menanggapi ucapan Sehun.
“Aku
selalu belajar dengan benar appa”
“Baguslah
kalau begitu”
Seperti
itulah keluarga mereka, di waktu sarapan dan makan malam mereka selalu makan
bersama, tradisi semenjak Luhan dan Sehun masih kecil dan dengan tujuan agar
kedekatan antar anggota keluarga tetap terjalin, maka dari itu Luhan sebenarnya
tidak suka jika harus makan sendirian.
“Yeobo…apa
tidak sebaiknya sekretaris Kim di gantikan saja dengan Junghyun” kata omma.
“Memangnya
kenapa?”
“Ani…aku
hanya khawatir, mereka terlihat dekat sekali”
“Lalu,
bagaimana dengan sekretaris Kim?”
“Pindahkan
saja kebagian lain, dia kan wanita yang pintar”
Appa
terlihat berfikir sejenak tentang perkataan istrinya yang menginginkan Jinni di
gantikan oleh Junghyun.
“Baiklah,
akan ku bicarakan terlebih dahulu dengan Luhan”
#
07.15
AM KST
Luhan
keluar dari kamar dengan sudah berpakaian rapi untuk berangkat ke kantor, dan
bersiap untuk sarapan tapi dia atas meja tak ia dapati makanan seperti biasanya
dan suasana rumahnya juga sepi.
Luhan
mencoba mencari istrinya, apa dia masih tidur atau sudah berangkat ke kantor,
tapi setelah membuka pintu kamarnya tak ada sosok istri yang di carinya.
Dan
mengapa tak biasanya Junghyun tak membuat sarapan untuknya, apa mungkin
Junghyun masih sedih dengan kepergian Chanyeol?
Tapi
kemarin , Junghyun masih membuatkan makanan dan masih melihatnya di rumah di
jam sepagi ini meski tak bisa melihat senyumnya.
Sesampainya
dikantor, Luhan mencoba menanyakan kepada staff yang satu bagian dengan
Junghyun dan mereka mengatakan kalau Junghyun belum datang ke kantor.
Lalu
di mana sebenarnya Junghyun berada sepagi ini, konsentrasi Luhan terbagi antara
pekerjaannya di kantor juga Junghyun yang tiba-tiba menghilang.
Sampai
jam makan siang pun ternyata Junghyun tak berangkat ke kantor, bahkan tidak
memberitahu kalau dia tidak datang. Luhan juga sudah mencoba menghubungi
ponselnya tapi tidak aktif.
“Junghyun-ah…sebenarnya
kemana kau?” gumam Luhan pelan.
Kriiing
Telepon
di meja Luhan berdering dan itu pasti dari sekretarisnya.
“Nde?”
“Oppa,
presdir menyuruhmu ke ruangannya”
“Oh
nde”
Luhan
keluar ruangan dan hanya melewati Jinni begitu saja tanpa melihatnya, dan
membuat Jinni kesal karena sikapnya yang seperti sudah tak menganggapnya
sebagai kekasih.
Tok..tok..
Luhan
mengetuk pintu ruangan presdir yang tak lain adalah ayahnya sendiri, dan masuk
setelah ayahnya mempersilahkan masuk.
Tak
lupa Luhan sedikit membungkukkan badannya hormat setelah di hadapan ayahnya.
“Appaji
memanggil ku?”
“Nde,
duduklah ada yang ingin ku bicarakan denganmu”
Dua
orang yang sedang duduk berhadapan ini memang ayah dan anak tapi mereka tak
begitu dekat, bukan berarti mereka tak saling menyayangi atau tak saling
peduli, itu karena Luhan begitu menghormati ayahnya dan selalu mematuhi apa
yang diinginkan ayahnya.
Seperti
dulu, waktu Luhan ingin masuk ke sekolah sepak bola dan ayahnya menentang keras
keinginan anaknya dan saat Luhan di haruskan menikah dengan seorang yang bukan
pilihannya, Luhan hanya menurut tanpa memberikan perlawanan.
Berbeda
dengan Sehun adiknya yang meski lebih dekat dengan ayahnya dibanding Luhan, dia
malah sering melakukan hal sesuai kehendaknya sendiri.
“Kita
akan bekerja sama dengan perusahaan besar dari Cina dan sekarang juga sedang
mengembangkan bisnisnya di Kanada”
“Perusahaan
dari Cina?”
“Nde,
CEOnya masih sebaya denganmu namanya Kris”
“Kris?”
“Kenapa,
kau mengenalnya?”
“Aniyo
appaji, hanya saja sepertinya tidak asing”
“Dan
karna bukan hanya perusahaan kita saja yang menginginkan untuk bekerja sama
dengannya, maka kau harus memenangkannya, jika kau bisa membuatnya
menandatangani kontrak, ayah akan langsung mengangkatmu menjadi CEO”
Mendengar
ayahnya mengatakan akan mengangkatnya menjadi CEO, Luhan teringat kontrak
pernikahan yang ia buat bersama Junghyun.
Luhan
tidak ingin bercerai dengan Junghyun dan juga tak bisa menganggap remeh
pekerjaan yang di berikan ayahnya untuknya karena ini begitu penting, jika
gagal menjalin kerja sama dengan perusahaan itu, pasti ayahnya akan marah besar
dan Luhan tidak menginginkan itu.
Sudah
cukup lama Luhan berada di ruangan ayahnya dan kini ia kembali keruang
kerjanya, sampai di depan ruang kerjanya Luhan melihat Jinni dan kembali
teringat apa yang dibicarakan ayahnya tadi setelah membahas tentang kerja sama
dengan perusahaan lain.
Ayah
Luhan membicarakan tentang permintaan ibunya yang menginginkan Jinni digantikan
orang lain sebagai sekretaris, dan jika Luhan mau ayahnya sudah mempersiapkan
orang sebagai penggantinya dan bukan Junghyun, tidak seperti permintaan ibunya.
Luhan
masih memandangi Jinni dari samping, dan kini Luhan sadar kalau perasaannya
sudah tak seperti dulu, meski Luhan tetap menyayangi Jinni tapi sudah tak
mencintainya.
Kini
hatinya di penuhi dengan nama Junghyun istrinya yang dinikahinya 2 tahun lalu
tanpa perasaan apapun, dan sekarang keadaannya sudah berbeda bahwa Luhan kini
menyayanginya dan tak ingin kehilangan dirinya.
“Oppa…kenapa
kau menatapku seperti itu?” suara Jinni membuyarkan lamunannya.
“Ah
tidak apa-apa” Luhan berlalu begitu saja, tapi sebelum membuka pintu ruangannya
Jinni menahannya.
“Oppa,
kenapa kau begitu berubah?”
“Aku
masih banyak pekerjaan Jinni-ah, kita bicarakan besok saja dan jangan ganggu
aku dulu”
Luhan
menutup pintu dan tak menghiraukan kekesalan Jinni.
#
Hampir
seharian aku menatap nama yang di tulis dengan huruf Hangeul yang berwarna
hitam di depan gundukan tanah besar 박찬열 (Park Chanyeol).
Aku
terus memandanginya dengan air mata yang tak hentinya mengalir dari pelupuk
mataku. Aku benar- benar merindukannya.
“Oppa,
bogoshippo…apa kau bahagia disana?”
“Jika
kau bahagia, apa kau tak ingin mengajakku ikut denganmu?”
“Aku
kesepian oppa…meski ada Luhan”
Aku
benar-benar akan semakin kesepian saat aku dan Luhan bercerai nanti, tapi untuk
saat ini aku ingin lebih lama bersama dengan Luhan.
Sepertinya
sudah sangat lama aku disini dan aku lupa membawa jam tanganku juga lupa
menghidupkan ponselku setelah turun dari pesawat tadi, kucari ponsel di dalam
tasku, segera ku aktifkan dan tak berapa lama beberapa pesan masuk, ini dari
Luhan semua.
‘Junghyun-ah
kau dimana?’
‘kenapa
kau tidak kekantor?’
‘Hei,
kenapa ponselmu tidak aktif?’
‘Kau
ada dimana, aku mengkhawatirkanmu’
Pesan
terakhir dari Luhan mengatakan dia khawatir, mengapa dia harus
mengkhawatirkanku? Apa karna aku tidak membuatkannya sarapan?, entahlah aku tak
ingin terlalu memikirkannya.
Ku
pikir mungkin aku harus kembali ke seoul tapi hatiku masih berat meninggalkan
tempat ini, ku pandangi sekali lagi batu nisan di depan ku, kemudian aku mulai
melangkah pergi.
#
Luhan
menekan beberapa tombol nomor di pintu apartemennya dan kemudian membuka pintu,
rumahnya masih terlihat gelap namun lampu di ruang makan sudah menyala.
‘Apa
junghyun sudah pulang’ fikir Luhan
Benar
saja, Junghyun sudah kembali dan sekarang terlihat sudah memejamkan matanya dan
beberapa botol soju kosong di atas meja.
Semenjak
kepergian Chanyeol, Junghyun memang jadi sering meminum minuman yang beralkohol
padahal dulu dia tidak bisa meminumnya.
Dari
pagi Luhan tidak melihat istrinya juga sangat sulit dihubungi dan sekarang
Luhan melihat istrinya sudah dengan keadaan seperti ini.
“Junghyun-ah,
apa kau begitu mencintainya, tak bisakah kau melihatku?”
Luhan
berbicara dengan Junghyun yang sudah terlelap karena pengaruh minuman, diraihnya
tangan Junghyun dan menyentuh cincin pernikahan mereka.
“Ku
harap kau tetap memakai cincin ini karna kau menganggap dirimu sebagai istriku
dan menempatkan diriku sebagai pasangan hidupmu”
Perlahan
Junghyun mulai mengerjapkan matanya dan dengan cepat Luhan menarik tangannya
dari tangan Junghyun. Luhan berusaha bersikap biasa dan meminum air putih di
hadapannya.
“Eeummhh…”
Junghyun
memegang kepalanya yang terasa pusing sambil mengerjapkan matanya agar segera
melihat dengan jelas. Dihadapannya Luhan terus memandangi istrinya yang
berusaha mengumpulkan kesadarannya.
“Emmhh..jam
berapa ini?”
“Jam
setengah 10”
Junghyun
masih memegangi kepalanya sembari tangannya meraih botol soju di depannya, tapi
Luhan dengan cepat mengambil botol itu.
“Kau
sudah terlalu banyak minum soju, minumlah ini” kata Luhan sambil memberikan
segelas air putih.
Junghyun
melihat Luhan sekilas kemudian meminum air putih yang di berikan Luhan
untuknya. Junghyun meminumnya sekali habis dan kepalanya benar-benar pusing.
“Ah…kepalaku
pusing sekali”
“itu
karna kau terlalu banyak minum”
“Aku
hanya minum sedikit”
“Kemana
saja kau seharian ini dan kenapa kau tidak datang ke kantor?”
Luhan
masih menyimpan rasa penasarannya tentang Junghyun yang tiba-tiba menghilang
dari pagi tanpa memberi kabar sama sekali.
“Aku
pergi melihatnya”
“Nugu?
Chanyeol?” dan dibalas dengan anggukan oleh Junghyun.
“Apa
kau sangat mencintainya?” lanjut Luhan.
Junghyun
menatap luhan kemudian menghela nafas, memang Junghyun sangat mencintai
Chanyeol tapi entah mengapa dia tak ingin mengakuinya dihadapan Luhan.
“Aku
hanya merindukanya, aku kesepian Luhan”
“Kesepian?”
Luhan menghela nafas, sepertinya Luhan kesal denga jawaban Junghyun yang
mengaku bahwa dia kesepian.
Apa
dia hanya hidup sendiri disini, dan hanya menganggap Luhan angin lalu saja. Luhan
mencoba menahan amarahnya.
“Apa
kau hidup sendiri Junghyun-ah”
“Ani…aku
tahu aku hidup denganmu, tapi hatiku yang kesepian Luhan”
Perdebatan
di antara mereka tidak bisa di elakkan lagi, Luhan yang sudah menyukai Junghyun
tidak akan terima jika Junghyun merasa kesepian karna Luhan akan selalu ada
untuknya dan tak akan pernah meninggalkannya.
“Junghyun-ah…aku
ini suamimu”
“Aku
tahu, tapi ini hanya status kita, dan kau tetap milik orang lain Luhan…kau
milik Kim Jinni”
Luhan
hanya diam mendengar jawaban Junghyun dan hanya bisa memandangnya pergi dari
hadapannya tanpa mencegahnya sama sekali.
Memang
benar adanya jika Luhan saat ini masih menjalin hubungan dengan Jinni yang dulu
dijalin karena saling mencintai, berbeda dengan hubungannya dengan Junghyun
yang dibangun karna keterpaksaan dan opsesinya untuk menjadi seorang CEO.
Tapi
sekarang keadaannya telah berbeda, Luhan sekarang yang mulai mengacuhkan Jinni
dan mulai memperhatikan Junghyun dan juga tak memperdulikan kontrak
pernikahannya.
#
Jinni
sedang mempersiapkan beberapa dokumen yang akan di bawanya bersama Luhan untuk
rencana kerjasama dengan perusahaan cina seperti yang dikatakan ayah Luhan
kemarin.
Di
ruang kerjanya, Luhan masih terlihat gelisah memikirkan perkataan Junghyun
semalam dan mengkhawatirkan kalau kerjasama ini berhasil dan dia diangkat
menjadi CEO, Junghyun akan menagih kontrak mereka.
Lalu
bagaimana cara menjelaskan pada kedua orang tuanya kalau dia dan Junghyun akan
bercerai, dan tidak mungkin kalau mereka akan jujur tentang bagaimana
sebenarnya pernikahan mereka.
Hari
ini Luhan dan Jinni akan bertemu dengan Kris, ya Kris yang mereka kenal CEO
dari perusahaan cina yang sangat menyukai Jinni dan teman dekat Junghyun.
Sepertinya
dunia serasa diciptakan menjadi sempit bagi mereka, karna dalam keadaan apapun
mereka bertemu bahkan dalam pekerjaan.
Awalnya
Luhan begitu terkejut bahwa Kris yang pernah bertemu dengannya yang dimaksud
ayahnya, tapi dia mencoba bersikap biasa.
Dan
Jinni yang tak bisa menyembunyikan keterkejutannya kalau sekarang dia bertemu
dengan Kris bersama Luhan dan membahas sebuah pekerjaan. Jinni takut Kris akan
mengacaukan rencananya dan akan membongkar semuanya dihadapan Luhan.
“Kenapa
wajahmu seperti itu Jinni-ah” kata Kris sambil memperlihatkan senyumnya.
Jinni
sadar sekarang tampangnya pasti bisa dibaca karna keterkejutannya dan Jinni
mencoba menghindari kontak mata dengan Kris sambil mengeluarkan dokumen yang ia
siapkan tadi.
“He…aku
tak menyangka ternyata kau seorang CEO, ku pikir kau hanya pengangguran yang
suka keluar masuk diskotik” Luhan mengawali pembicaraan.
“Apa
seperti ini caramu menyambut seorang klient?”
“Aku
hanya mengungkapkan apa yang ada dalam fikiranku”
“Yah…terserah
kau saja, dan sepertinya kerjasama kita akan semakin mudah jika kau menuruti
apa yang pernah aku katakana padamu”
Kris
berkata sambil menatap Jinni yang duduk di sebelah Luhan dan membuat Jinni
semakin tak berani menatap Kris, Luhan menoleh kearah Jinni sebentar kemudian
menatap Kris kembali.
“Apakah
ini sebuah ancaman?” tanya Luhan.
“Terserah
kau mau menyebutnya apa” jawab Kris santai yang masih terus menatap Jinni.
“Sebenarnya
apa hubungan kalian”
“Hubungan
kami sangat dekat” Kris menekankan kata ‘sangat’.
“Begitukah”
Jinni
tiba-tiba mengeluarkan dokumen yang ia pegang dari tadi dan menyerahkannya
kepada Kris, sebelum Kris semakin mengatakan hal yang tidak-tidak kepada Luhan.
“Baiklah,
aku akan bersikap professional dalam hal pekerjaan dan tak akan mencampurnya
dengan masalah pribadi” Kris sembari membuka dokumen yang di beriakan Jinni.
“Tapi apa
yang aku katakan sebelumnya bukan main-main” lanjut Kris.
Setelah
sekian lama Jinni seperti menahan nafas karna pertemuan dengan Kris dan Luhan
begitu lama, akhirnya selesai dengan Kris menandatangani kontrak dengan
perusahaan Luhan dengan pertimbangan proposal yang diajukan sesuai
keinginannya.
Tapi
setelah itu juga Luhan tak menunjukan senyumnya selama perjalanan dan hanya
terus menatap keluar jendela mobil.
“Jinni-ah
kita perlu bicara”
.
.
.
TBC
Terimakasih
banyak buat yang tetep ngikutin FF amatir ku :P
Kritik
dan saran tetap ditunggu, tapi jangan kasih kritik kalau tidak kasih saran ya…
^_^
kurang panjang thor,, TT_TT
ReplyDeletetadinya mau lebih panjang lagi,,,tapi tiba-tiba moodnya ilang,,hehe
Deletetunggu aja kelanjutannya ^_^
ok deh,,,d tnggu klnjutannya
Delete