You’re Still My Wife( part 6)


Author :  Fujiwara Yumi
Genre : Romance, Married Life
Main cast : Lee Jung Hyun, Luhan, Kris, Kim Jinni
Other cast : Silahkan di cari ^^

Perhatian!!
Semua FF yang saya buat berdasarkan pemikiran sendiri, inspirasi kebanyakan dari drama atau kehidupan pribadi, No Copy n No Bash.
Jangan bingung saat baca karna q ga kasih Point Of View (POV) tapi q kasih pembatas, dan AWAS!! banyak typo bertebaran. ^^

Happy Reading

Setelah sekian lama Jinni seperti menahan nafas karna pertemuan dengan Kris dan Luhan begitu lama, akhirnya selesai dengan Kris menandatangani kontrak dengan perusahaan Luhan dengan pertimbangan proposal yang diajukan sesuai keinginannya.

Tapi setelah itu juga Luhan tak menunjukan senyumnya selama perjalanan dan hanya terus menatap keluar jendela mobil.

“Jinni-ah kita perlu bicara”

Luhan dan Jinni berhenti di sebuah café dekat kantornya dan kini mereka berhadap-hadapan, namun Jinni sama sekali tak menatap Luhan, dia hanya menatap gelas kopi dihadapannya sambil memainkan kukunya.

“Sebenarnya, apa hubunganmu dengan Kris?” Luhan mulai membuka pembicaraan.

Jinni masih diam dan tak menjawab pertanyaan Luhan, dia pasti akan tahu seandainya Jinni berbohong kalau dirinya tak mengenal Luhan.

“Kenapa kau diam Jinni, apa jangan-jangan kau…”

“Ani oppa...aku memang mengenal Kris”

“Bagaimana kau bisa mengenalnya? Sejak kapan kau mengenalnya?”

Lagi-lagi Jinni terdiam dan masih mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Luhan.

“Kenapa kau terlihat gugup, sepertinya kau punya hubungan dengannya tanpa sepengetahuanku”

“Bukan seperti itu oppa, aku mengenalnya sudah sejak lama, tapi dia hanya teman”

“Tapi sepertinya Kris sangat menyukaimu”

“Dia…memang menyukaiku”

“Dan kau tidak mengatakan apapun padaku?” Luhan mulai kesal.

“Berapa lama kau mengenalnya?” lanjut Luhan.

“Sebelum aku mengenalmu…oppa”

“Mwo? He…sepertinya selama ini aku dibodohi olehmu dan aku yakin bahwa hubunganmu dengannya bukan sekedar teman biasa”

Meski anggapan Luhan tak sepenuhnya benar, tapi Luhan sekarang merasa bahwa satu ketidak jujuran Jinni mengartikan kalau dia selama ini juga tak pernah jujur tentang hal apapun termasuk perasaannya.

“Aniyo oppa…aku dan Kris benar-benar tidak ada hubungan apapun”


“Haruskah aku percaya padamu, atau kita akhiri saja”

“Oppa, kau benar-benar tak percaya padaku? Bahkan ketika kau bersedia menikah dengan orang lain saja aku masih bersedia bersamamu” Luhan mendesah kesal.

“Jangan gunakan itu sebagai tameng, dulu sebelum aku menikah bukankah kita pernah mengakhirinya, ah…mungkinkah namja itu Kris?”

Flashback

Luhan berjalan cepat kearah sebuah café sambil membawa seikat bunga yang sepanjang jalan ia cium, dan senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya.

Tapi saat sampai didekat café, Luhan melihat Jinni yeojachingunya sedang berpelukan dengan namja yang berawakan tinggi.

“Ya, Kris apa yang kau lakukan”

“Aku ingin memlukmu sebentar, karna aku akan berangkat ke Kanada”

Jinni terlihat diam saja setelah Kris namja yang memeluknya berkata seperti itu dan malah membalas pelukannya, dan tanpa sepengetahuannya Luhan melihatnya dari sebrang jalan.

“Baiklah, semoga kau selamat sampai tujuan”

“Aku akan merindukanmu Jinni”

Kris melepaskan pelukannya kemudian mencium kening Jinni sekilas dan membuat Jinni melebarkan matanya begitu juga Luhan yang masih berdiri di sebrang jalan.

Setelah Kris pergi, Luhan berjalan mendekati Jinni dengan hati yang tak bisa digambarkan karna baru saja melihat adegan tersebut. Kini tangannya sudah tak menggenggam bunga yang tadi di bawanya.

“Jinni-ah” pangil Luhan dengan nada geram.

“Oppa, kenapa lama sekali” Jinni tak menyadari bahwa Luhan sedang kesal.

“Siapa dia? KENAPA KAU BERPELUKAN DENGANNYA?” Luhan berteriak pada Jinni.

Jinni begitu kaget setelah Luhan berteriak padanya karna sebelumnya Luhan tek pernah berteriak semarah apapun dia padanya. Tapi keadaan sekarang sangat berbeda, Luhan melihatnya berpelukan dengan orang lain bahkan dia di cium.

“Kau melihatnya oppa”

“SIAPA DIA??”

“Dia hanya teman oppa, dia akan pergi keluar negri”

“Lalu kenapa dia menciummu ha” Jinni diam tak bisa menjawab.

“Aku tak menyangka kau bermain di belakangku Jinni, aku tak bisa melanjutkan hubungan kita”

Flashback end

Luhan berkali-kali menghela nafas, dan sedari tadi Jinni masih mencoba memberikan alasan agar Luhan mengerti.

“Cukup Jinni, aku lelah dan kenapa aku harus selalu percaya padamu, kita akhiri disini saja”

Luhan berdiri meninggalkan Jinni yang masih tak bisa menyembunyikan wajahnya yang syok, dan mencoba mengejar Luhan namun Luhan sudah berlalu dengan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

#

Junghyun terlihat duduk di tepi ranjangnya sambil memandangi fotonya dengan mendiang Chanyeol dan satu tangannya memegang bunga plastic berwarna biru serta cincin kecil polos yang dulu di berikan Chanyeol untuknya.

Saat ini Junghyun mulai sadar bahwa tak mungkin terus meratapi kepergian Chanyeol,yang harus di lakukan Junghyun saat ini adalah mulai menata hidupnya kembali, dan juga harus siap dengan kesendiriannya jika Luhan menceraikannya nanti.

Junghyun mulai memasukkan barang-barang pemberian Chanyeol kedalam sebuah kotak besar termasuk bunga, cincin, juga foto mereka berdua. Junghyun menghela nafas sebelum akhirnya menutup kotak itu dan menyimpannya.

“Mungkin aku akan membakarnya, tapi tidak sekarang” gumam Junghyun.

Setelah itu Junghyun keluar dari kamarnya untuk mempersiapkan makan malam karna hari sudah mulai sore, tapi baru beberapa langkah keluar dari kamarnya terlihat Luhan baru saja pulang dengan wajah kusut. Junghyundan Luhan saling berpandangan.

“Kau sudah pulang Luhan”

“Mmm”

“istirahatlah aku akan menyiapkan makan malam” kata Junghyun sambil tersenyum.

Luhan melihat kembali senyum tulus dari istrinya setelah beberapa hari ini tak ia lihat. Junghyun melangkah kearah dapur namun Luhan menghentikannya.

“Junghyun” panggil Luhan.

“Nde”

Luhan mendekati istrinya kemudian memeluknya erat, itu membuat Junghyun cukup kaget dengan sikap Luhan.

“Luhan, wae?”

“Tidak apa-apa, biarkan begini hanya sebentar saja” Luhan mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di pundak Junghyun sambil menghirup aroma tubuh Junghyun dalam.

Perlakuan Luhan membuatnya geli tapi entah mengapa Junghyun menyukainya, ini pertama kalinya Luhan memeluknya, terasa sangat nyaman dan Junghyun perlahan mengangkat tangannya mengusap punggung Luhan.

Setelah beberapa saat Luhan memeluk Junghyun, perlahan Luhan melepaskan pelukannya dan menatap Junghyun.

“Apa kau sangat lelah?” tanya Junghyun.

“Mmm”

“Mandilah, aku akan buatkan makan malam”

“Nde”

Luhan masuk kedalam kamarnya dan Junghyun menuju dapur untuk membuat makan malam, perasaan Junghyun terasa lebih tenang setelah Luhan memeluknya.

Apa ini menandakan Junghyun sudah mulai menyukai Luhan atau hanya sekedar perasaan karna membutuhkan sebuah kasih saying karna di tinggal Chanyeol, tapi 2 tahun terakhir ini meski tak bertemu dengan Chanyeol, Junghyun juga tak merasakan apapun.

“Junghyun-ah, apa kau melamun?” suara Luhan membuyarkan lamunannya.

“Nde? ani…kau sudah selelsai” junghyun menaruh semangkuk sup kimchi ke atas meja dan beberapa sayur di piring kecil.

“Aku hanya memasak ini, karna bahan makanan sudah habis” lanjut Junghyun.

“Kwencana, Junghyun-ah” panggil Luhan pelan.

“Nde”

Luhan terdiam sejenak, berfikir apakah Luhan sudah siap membicarakan ini dengan Junghyun tentang pengangkatannya menjadi CEO yang di janjikan ayahnya setelah berhasil menjalin kerja sama dengan perusahaan milik Kris.

“Kenapa kau diam Luhan”

“Tadi, aku baru saja bertemu dengan Kris dan memulai bekerja sama dengan perusahaannya atas permintaan appa”

“Lalu?”

“Dan ayah berjanji, jika aku berhasil membuat Kris menandatangi kontrak, ayah akan mengangkatku menjadi CEO”

Junghyun menatap Luhan sekilas kemudian tersenyum kecut sambil melihat kearah lain. Dalam fikiran Junghyun, secepat inikah dia berpisah dengan Luhan, padahal dia baru saja kehilangan Chanyeol.

“Kapan kau akan di resmikan menjadi CEO?” tanya Junghyun.

“Entah, aku masih belum tahu”

“Dan…kapan kita akan bercerai?” Tanya Junghyun lagi.

Luhan menatap Junghyun nanar, pertanyaan yang sangat di benci Luhan saat ini, kenapa hal itu harus di tanyakan, apakah tidak cukup hanya hidup bersamanya dan melupakan kontrak pernikahan yang mereka buat.

“Tak bisakah kita hidup seperti ini saja” Luhan berkata pelan.

“Tapi bukankah kita sudah membuat kontrak, dan juga…bukankah Jinni menginginkan kita bercerai?”

Luhan menghela nafasnya kasar, apakah Junghyun benar-benar tak ada perasaan untuknya meski sudah 2 tahun hidup bersamanya?

“Junghyun, kenapa harus membicarakan dia” Luhan berbicara sedikit keras. Junghyun tak mengerti kenapa Luhan terlihat marah.

“Dia kekasihmu Luhan, dan karna kita menikah, dia harus menahan rasa sakit selama 2 tahun”

“Bisakah kita tidak membicarakannya?”

“Wae? Kau akan mencampakkannya?”

“CUKUP JUNGHYUN” Luhan sekarang benar-benar berteriak.

“Luhan-ssi, kenapa kau berteriak”

Junghyun mulai marah karna dia tidak suka jika seseorang berteriak padanya, dan Luhan baru saja berteriak padanya. Hal ini memang membuat Luhan akhir-akhir ini stress dan mudah marah pada siapapun.

“karna aku tidak ingin kita bercerai Junghyun”

“Mwo? Lalu apakah kau akan terus mempermainkan perasaan Jinni juga perasaanku?”

“Aku dan Jinni sudah putus dan sekarang…” Luhan menarik nafas lebih dalam untuk mengisi paru-parunya.

“Aku menyukaimu Lee Junghyun, dan aku tidak suka kau selalu membicarakan perceraian” lanjut Luhan pelan namun penuh penekanan.

Junghyun mematung ditempatnya mendengar pengakuan Luhan, dan Luhan meninggalkan Junghyun keluar menuju beranda apartemen dengan perasaan kesal.

#

Junghyun masih terdiam duduk di bangku ruang makan dengan perasaan kaget yang masih belum hilang karna pengakuan Luhan yang menyukainya. Dan Junghyun kembali mengingat saat Luhan sebenarnya sudah mulai menyukainya selama ini.

Bagaimana Luhan tak ingin makan saat Junghun tak memasakan untuknya, bagaimana Luhan melepaskan genggaman tangan Jinni saat bertemu dengannya di depan café, bagaimana Luhan menyusulnya sampai ke Busan dan menunggunya sampai tertidur di depan ruang tunggu rumah sakit.

Dan juga Luhan selalu memperhatikannya saat dirinya terpukul karna kepergian Chanyeol dan Junghyun hanya berdiam diri dan mengabaikannya, Luhan masih tetap memperhatikannya bahkan mengkhawatirkannya.

Junghyun berjalan mendekati Luhan yang masih berdiri diberanda dengan melipat kedua tangannya di depan dada sambil memandangi gemerlap kota seoul dimalam hari.

“Luhan” Junghyun memanggil Luhan namun tak ada jawaban dari mulut Luhan.

Junghyun berjalan lebih dekat dengan Luhan, dari belakang Junghyun memandangi punggung Luhan, apa semarah itu Luhan padanya samapi dia tak menghiraukannya.

“Luhan..” panggil Junghyun lagi sambil memegang pundak Luhan, tapi sekali lagi Luhan mengacuhkan istrinya.

Awalnya Junghyun ragu tapi Junghyun memberanikan diri lebih mendekat kearah Luhan, Junghyun perlahan menyandarkan kepalanya dipunggung Luhan. Mendapat perlakuan seperti ini Luhan sedikit kaget tapi masih pada posisinya.

“Apa kau begitu marah padaku Luhan, sampai kau mengacuhkanku”

Junghyun bisa mendengar detak jantung Luhan dari punggungnya dan itu membuat detak jantung Junghyun berdetak lebih cepat.

“Miane Luhan, miane, aku…juga menyukaimu” kata Junghyun pelan.

Luhan memutar tubuhnya menghadap kearah Junghyun, Junghyun mengangkat kepalanya dan menatap Luhan. Tatapan kemarahan Luhan sudah hilang kini matanya menatap sendu kearahnya.

Tatapannya lembut, Junghyun tak menyesali telah mengatakan kalau dia menyukai Luhan karna memang Junghyun mulai menyukai suaminya.

“Katakan sekali lagi”

Kini Junghyun merasa gugup karna Luhan meminta mengatakannya lagi dengan terus di tatap Luhan.

“Ehem…aku juga menyukaimu Luhan”

Luhan tersenyum lalu menarik Junghyun kedalam pelukannya, Junghyun membalas pelukannya sambil tersenyum dan menikmati aroma maskulin ditubuh Luhan.

“Apa yang kau katakan serius Junghyun?” tanya Luhan yang masih memeluk tubuh Junghyun.

“Apa kau meragukannya?” Junghyun balik bertanya.

“Selama ini, sepertinya kau tak terlihat menyukaiku”

“Apakah seperti itu?”

“Mmm, aku bukan hanya tempat pelarianmu saja kan?” Junghyun melepas pelukannya setelah mendengar pertanyaan Luhan dan menatap mata Luhan.

Sebenarnya wajar saja jika Luhan berfikir seperti itu, bukankah belum lama ini Junghyun kehilangan Chanyeol bahkan sampai hari ini, Junghyun masih mengingatnya meski pada akhirnya dia memutuskan untuk melupakan Chanyeol.

“Apa aku terlalu cepat mengakui kalau aku mulai menyukaimu?”

Luhan tak menjawab pertanyaan Junghyun yang masih tetap menatapnya, Luhan menarik kembali tubuh Junghyun kedalam pelukannya.

“Aku tak ingin menunggu lebih lama lagi, mulai saat ini cukup hanya menyukaiku saja Junghyun-ah dan jangan memikirkan namja lain selain aku”

Junghyun tersenyum lebar mendengar penuturan Luhan, dan kemudian membalas pelukan hangat suaminya tapi Luhan malah melepas pelukannya dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Junghyun, kemudian mencium bibir Junghyun dan melumatnya lembut.

Angin malam berhembus yang terasa dingin pun sepertinya tak mampu menganggu kehangatan yang mereka ciptakan melalui sebuah ciuman yang terjadi cukup lama.

#

Jinni membereskan berkas dan barang-barang yang terdapat di meja sekretarisnya dengan kesal, beberapa waktu lalu Luhan telah memberitahu kalau dia dipindahkan kebagian lain dan tak lagi menjadi sekretaris Luhan.

Flashback

Luhan menyerahkan sebuah amplop putih yang berisi surat pemberitahuan pindahan untuk Jinni didalam ruangannya.

“Ige mwoya?” tanya Jinni.

“Bukalah sendiri” jawab Luhan singkat.

Jinni membuka amplop tersebut kemudian membacanya dan beberapa saat ekspresi wajahnya berubah antara kaget dan kesal.

“Hee…kau benar-benar ingin membuangku oppa”

“Jangan bicara seperti itu, bukan aku tapi ayahku yang menggantikanmu dengan orang lain dan kau masih bekerja diperusahaan ini”

“Apa Junghyun yang menggantikanku? Apa wanita pengganggu itu oppa?”

“Siapa yang kau sebut wanita pengganggu, jaga ucapanmu Jinni dia istriku dan ku harap kau bisa menerima itu dan juga hormati istri atasanmu”

“Mwo? Apa kau benar-benar menyukainya?”

“Eoh, aku sangat menyukainya dan juga mencintainya”

Flashback end

Jinni memasukkan barang terakhir berupa jam kedalam kotak dengan sedikit membantingnya, air matanya hampir keluar namun Jinni menahannya kemudian membawa kotak tersebut dan berjalan cepat meninggalkan ruangannya.

Ditengan jalan Jinni berpapasan dengan Junghyun yang berjalan berlawanan dengannya, sepertinya menuju ruangan Luhan. Jinni berhenti sejenak setelah mereka benar-benar berhadapan.

“Kau pasti senang sekarang” kata Jinni sinis.

“Apa maksudmu?” tanya Junghyun tak mengerti.

“Kau berlagak bodoh, aku sangat membencimu Junghyun”

Jinni kemudian pergi meninggalkan Junghyun yang masih tak mengerti dan sedikit menyengol pundak Junghyun.

Junghyun berjalan cepat kearah ruangan Luhan dengan masih rasa tak menegrti kenapa Jinni bersikap begitu terhadapnya.

“Luhan, apa yang terjadi dengan Jinni?” tanya Junghyun sesampainya di ruangan Luhan.

“Wae? Apa dia menyakitimu?”

“Ani, dia terlihat sangat marah” Luhan menghela nafas.

“Hemm, dia di pindahkan kebagian lain oleh ayah dan juga kemarin aku memutuskannya” Junghyun menatap Luhan.

“Apa kau benar-benar sudah tak menyukainya?” Junghyun bertanya penuh selidik.

“Kenapa kau bertanya seperti itu, aku sudah tak menyukainya Junghyun-ah, dan sepertinya Kris menyukai Jinni” terang Luhan.

“Kris?”

“Mmm” Luhan berjalan mendekat kearah Junghyun.

“Tapi bagaimana mereka bisa saling mengenal”

Luhan tak menjawab dan malah menarik pinggang Junghyun dan merapatkannya ketubuh Luhan, Junghyun terlihat kaget mendapat perlakuan Luhan yang tiba-tiba.

“Ya, apa yang kau lakukan, ini dikantor Luhan”

“Tidak apa-apa, sedikit saja”

Luhan mulai mendekatkan wajahnya dan hendak mencium Junghyun tapi tiba-tiba ponsel Luhan berdering dan membuat Luhan batal menjalankan aksinya.

“Aish, siapa menggangu saja” kesal Luhan.

Junghyun bernafas lega karna akhirnya Luhan tak jadi menciumnya, mungkin karna ciuman mereka semalam membuat Luhan ingin melakukannya lagi dan juga ciuman yang membuat mereka tidur bersama lagi meski tak melakukan apapun.

“Oh, ini omma”

“Yeoboseo”

“Luhanie, berikan password pintu apartement mu” kata omma di seberang.

“Omma datang bersama siapa? Kenapa tak menunggu ku pulang saja”

“Omma bersama Sehun, omma hanya ingin membawakan beberapa makanan untuk kalian, palli berikan passwordnya”

“Ne, tunggu sebentar akan ku kirimkan omma”

“Ne, omma tunggu”

Pip

Omma Luhan menutup sambungan teleponnya dengan Luhan dan beberapa saat pesan masuk dari Luhan yang mengiriminya password pintu apartemennya.

“Oooaaahhhmmm, omma kenapa tidak nanti saja aku masih mengantuk dan udara diluar dingin sekali” Sehun protes kepada ibunya karna mengajaknya kerumah Luhan.

“Ya, kau libur kuliah dan dirumah hanya tidur saja, lihat ini sudah jam 1 siang” ommanya mengomel sambil memasukkan password dipintu.

Setelah pintu terbuka Sehun langsung berhambur masuk dan duduk di atas sofa kemudian menyalakan televisi untuk bermain PS.

“Lihat, katamu kau ngantuk tapi setelah melihat game sepertinya rasa kantukmu hilang”

Omma mengomeli Sehun sembari meletakkan beberapa tas plastic yang berisi kebutuhan keatas meja makan.

“Ini karna omma tak mau membelikanku game”

“Jika omma membelikanmu game, kau pasti akan malas belajar”

Omma melihat sekitar dalam ruangan apartemen Luhan yang terlihat rapi, dan dilanjutkan membuka sebuah kamar yaitu kamar Luhan dan melihat ke meja rias tapi tak menemukan alat kosmetik milik wanita.

Itu membuat omma Luhan bertanya, bukankah ada Junghyun tapi mengapa tak ada alat makeup milik wanita.

“Kenapa di kamar mereka tidak ada kosmetik wanita” kata omma sambil keluar dari kamar Luhan.

Sehun baru teringat kalau hyung dan noonanya tidak tidur satu kamar selama mereka menikah, omma berjalan kearah satu kamar lagi yaitu kamar Junghyun dan Sehun mencoba menghalangi ibunya agar tak masuk ke ruangan itu.

“mungkin kosmetiknya tidak di taruh dimeja rias omma, dan ini sepertinya gudang”

Sehun menjelaskan asal kepada ibunya, tapi ibunya tetap ingin membuka kamar tersebut dan berfikir tidak masuk akal jika gudang berada di dekat ruang utama.

Dan akhirnya ibunya berhasil membuka kamar tersebut dan membuatnya kaget, kamar yang terlihat sekali kamar wanita dengan meja rias yang penuh dengan makeup serta ranjang dengan kasur yang dibalut seprei berwarna biru bermotif bunga mawar yang juga berwarna biru.

“Omo, apa ini? Mereka tidak tidur satu kamar?”

Sehun mengerutuki dirinya sendiri yang tak berhasil menahan ibunya agar tidak masuk kedalam kamar Junghyun, dan sekarang ibunya tahu kalau mereka tidak tidur satu kamar. Setelah ini pasti omma juga Hyungnya akan memarahinya habis-habisan.
.
.
.
TBC



Comments

  1. lnjut thor lnjut,,,makin pnsaran,,,junhyun sma luhan jgn d buat bertengkar ya,,,heheh

    ReplyDelete
  2. Iya...thor..heran aja lg asik2 baca qo udh tbc aja..biasa nya lumayan pnjng.. T_T

    ReplyDelete

Post a Comment

Youre Still My Wife

You’re Still My Wife( part 11)

He’s Your Son (5/?)