You’re Still My Wife( part 3)
Author : Fujiwara Yumi
Genre : Romance, Married Life, Little Sad
Main cast : Lee Jung Hyun, Luhan,
Kris, Kim Jinni
Other cast : silahkan di cari ^^
Perhatian!!
Jangan bingung saat baca karna q ga kasih Point Of View (POV)
tapi q kasih pembatas, dan awas banyak typo bertebaran. ^^
Happy Reading
Di meja kerjanya Luhan tak bisa berkonsentrasi pada
pekerjaanya, fikirannya masih terbayang namja yang bersama istrinya tadi siang.
Dan mengapa Jinni mengenalnya, sebenarnya siapa dia.
Flashback
“Hai,
kau yang bernama Luhan” Kris tersenyum sambil mengulurkan tangannya kearah
Luhan.
“Ne,
siapa kau?” Luhan menyambut uluran tangan Kris.
“Aku,,,orang
yang mereka kenal” Kris bergantian menunjuk Junghyun dan Jinni.
Jinni menatap Kris sengit dan begitu tidak suka dengan cara
bicaranya yang dengan terang menjelaskan bahwa dia mengenalnya dan satu lagi
kenapa bisa dia mengenal Junghyun.
“Aahhh,,,ini
membuang waktu aku harus pergi, oh ya Luhan-ssi aku ada sedikit permintaan
padamu, tolong jauhi Jinni atau ku ambil istrimu”
Kris menepuk pundak Luhan kemudian menarik tangan Junghyun
pergi dari situ diiringi tatapan tidak suka dari dua orang yang masih tidak
mengerti dengan ucapannya.
Flashback end
“Aish,,,apa maksudnya” Luhan menyandarkan tubuhnya kasar pada andaran kursi dan membuat kursinya berputar.
Setelah berfikir cukup lama akhirnya Luhan memutuskan untuk
pulang lebih awal dan menemui Junghyun yang pasti sudah berada di rumah.
Tapi
dalam perjalanan Luhan melihat Junghyun berdiri di depan halte dengan
tatapan kosong, bahkan bus yang datang sama sekali tidak dihiraukannya.
Luhan meminggirkan mobilnya tepat di hadapan Junghyun dan membuat Junghyun sadar dari
lamunannya.
“Kenapa
kau masih disini, masuklah”
Tanpa berkata apapun Junghyun masuk kedalam mobil Luhan dan
duduk di sampingnya, sampai di apartemen merekapun, Junghyun masih membungkam mulutnya dan membuat Luhan
semakin penasaran.
“Junghyun”
Panggilan Luhan menghentikan langkah Junghyun sebelum dia
masuk kedalam kamarnya dan berbalik menatap Luhan.
“Mmm”
“Kau
kenapa?”
“Hemm,,aku
tidak apa-apa Luhan hanya sedikit lelah, aku mau mandi dan akan kusiapkan makan
malam untukmu”
Junghyun menutup kamarnya dengan di antar tatapan Luhan yang
merasa senyum istrinya seperti dipaksakan.
Di dalam kamar Junghyun tidak langsung membersihkan diri
namun dia berjalan menuju almari dan mengambil sebuah kotak yang berukuran
lumayan besar yang berisi barang yang menurut Junghyun adalah kenangan yang tak
bisa di lupakan.
Junghyun mengambil sebuah mawar berwarna biru yang terbuat
dari plastic dan sebuah cincin polos kecil seukuran jarinya, kenangan beberapa tahun lalu
kembali teringat olehnya.
“Chagi,,,kau
tunggu disini sebentar, aku akan membelikanmu minum” junghyun mengangguk
menuruti perkataan namja itu yang saat itu masih kekasihnya.
Tak lama kemudian namja itu kembali dengan menyembunyikan
salah satu tangannya di balik punggung. Di hadapan Junghyun namja itu terus tersenyum lebar
dan kemudian memberikan bunga mawar biru yang tadi ia sembunyikan.
Junghyun menatap bingung namjachingunya yang tadi berkata
akan membelikannya minum namun yang ia bawa malah bunga mawar yang terbuat dari
plastic.
“Kau
bilang akan membeli minum, kenapa malah memberiku bunga”
“Hmmm,,,ambilah
dulu” junghyun meraih bunga tersebut dan saat namja itu melepaskan tangannya
dari tangkai bunga turun sebuah cincin polos yang berukuran kecil. Namja itu juga menunjukkan
jari tangannya yang juga memakai cincin yang sama.
Junghyun tersenyum senang mendapat kejutan kecil yang begitu
romantis dari namjachingunya ini, tapi itu hanya kenangan yang tak sengaja Junghyun
ingat saat melihat bunga di dalam kotak tersebut.
“Oppa,,apa
kau baik-baik saja, bogoshippo” gumamnya.
#
Dari penampilan masakan Junghyun tidak ada yang aneh dan
juga seperti sangat enak namun tidak dengan rasanya yang hambar,mungkin karna
perasaan Junghyun yang tak menentu jadi berdampak pada masakannya tapi tak
mengurungkan niat Luhan untuk tetap memakannya.
“Junghyun,
sebenarnya ada apa, sampai masakanmu rasanya hambar”
“Benarkah?”
Junghyun mencicipi kuah supnya dan benar saja kalau rasanya
hambar, untuk memperbaiki rasa dari supnya junghyun bersiap mengangkat mangkuk
berukuran sedang tersebut keatas
kompor namun tangannya ditahan oleh Luhan.
“Sudahlah
tidak apa-apa, aku akan tetap memakannya, duduklah”
Junghyun duduk kembali ke kursinya sambil melihat wajah
luhan yang sekarang terlihat serius dan masih menggenggam tangannya.
“Siapa
namja yang tadi bersamamu?”
Sepertinya Junghyun melupakan satu hal yang terjadi tadi
siang di depan café, dia bertemu dengan Luhan saat dia bersama Kris.
“Ah
dia Kris temanku”
“Dan
kenapa dia juga mengenal Jinni?”
“Kalau
itu aku tidak tahu, karna sebelumnya aku tidak bertemu dengannya hampir 3tahun”
“Lalu
ada perlu apa dia
bertemu denganmu dan apa maksud perkataannya tadi siang?”
Luhan benar-benar tidak bisa mengontrol rasa ingin tahunya
tentang namja bernama Kris yang tiba-tiba mengancamnya tanpa alasan yang dia
tahu.
“Aku
juga tidak mengerti apa maksudnya”
“Apa
dia menyukaimu?”
“Ani,,,dia
tidak menyukaiku Luhan”
“Kenapa
kau seyakin itu?”
“Dia
hanya teman, aku yakin karna aku mengenalnya”
“Seberapa
kenal kau dengannya dan berapa lama kau berteman dengannya”
“Cukup
Luhan,,ada apa denganmu, aku lelah,,aku ingin istirahat”
Junghyun pergi meninggalkan Luhan yang masih tak puas dengan
jawaban istrinya dan mengejarnya kemudian menahan tangannya.
“Tunggu
Junghyun, kau belum menjawab pertanyaanku”
“Kau
sudah berlebihan Luhan-ssi, ingat kontrak yang telah kita buat”Junghyun melepaskan tangannya
kasar kemudian masuk kedalam kamarnya.
Kontrak yang mereka buat selain becerai setelah Luhan
menjadi CEO adalah sepakat bahwa mereka harus menghargai privasi masing-masing.
Luhan mengacak rambutnya frustasi seakan menyesal kenapa dia
harus membuat kontrak itu bersama Junghyun
yang sekarang membuatnya tak bisa leluasa mengetahui apa yang di sembunyikan
Junghyun darinya.
#
Namja
yang tengah menjajaki alam mimpinya terganggu nada dering teleponnya yang
berbunyi dan tak berhenti, mau tidak mau dia harus membuka matanya dan mencari
di mana letak handphonenya.
Setelah
menemukan apa yang dia cari tak menunggu lama dia menggeser tombol hijau untuk
menerima panggilan.
“Yeoboseo”
“Yak
Kris,,,sebenarnya apa maumu,,,” suara yeoja di seberang memekikan telinga kris
dan membuatnya menjauhkan hpnya dari telinganya.
“Sepagi
ini kau menelponku dan hanya menanyakan apa mauku,,,he,,aku ingin kau ada
disini jinni-ah”
“Aish
dasar namja gila, ku tunggu kau di café dekat apartemenmu”
Pip
Jinni
mematikan teleponnya begitu saja tanpa berpamitan dengan lawan bicaranya.
“Ah,,,kenapa
dimatikan begitu saja,,,tapi aku tetap menyukaimu jinni-aaahhh,,,,”
Kris merenggangkan
otot tubuhnya sambil terus memanggil nama Jinni seperti orang gila, atau
mungkin memang benar-benar sudah tergila-gila pada Jinni.
Jinni
menunggu Kris dengan tidak sabar di dalam café dan beberapa kali mendesah untuk
melegakan perasaannya yang gusar sejak kemarin Kris sengaja berkata bahwa dia
mengenalnya.
Cling
Lonceng
yang tergantung di pintu café berbunyi tanda ada pengunjung yang datang dan itu
Kris yang datang dengan memakai kaca mata hitam, mantel jas dan didalamnya
memakai sweeter berwarna putih.
Tak di
pungkiri jika Kris memang namja tampan dan itu juga diakui oleh Jinni saat
pertama bertemu dengannya.
“Kenapa
kau mengajakku bertemu, apa kau merindukanku?” tanya Kris setelah duduk
dihadapan Jinni.
“Aish,,,hentikan
sikap menjijikanmu itu Kris”
“Lalu
ada apa?”
“Apa
maksud perkataanmu kemarin Kris?”
Kris
tak langsung menjawab pertanyaan Jinni dan masih terus memandangnya tapi
kemudian Kris memperlihatkan senyumnya.
“Wae? Kau
takut ditinggalkan Luhan?”
“Kris,
aku memintamu pulang ke Korea untuk membantuku mendapatkan Luhan, bukan
menghancurkannya”
Jinni
bicara penuh dengan penekanan agar Kris mau mengerti apa yang sebenarnya di
inginkan Jinni. Kris memajukkan tubuhnya mendekat kearah Jinni.
“Jinni-ah,
aku tak pernah menyetujui rencanamu dan kepulanganku ke Korea karna memang aku
ada urusan juga aku akan membawamu ikut denganku ke Canada”
Jinni
menatap lawan bicaranya sengit merasa salah memilih orang untuk membantunya dan
mungkin bisa menghancurkan rencananya kapan saja.
Apalagi
baru saja Kris bilang bahwa dia akan membawanya ikut ke Canada yang ia rasa itu
rencana gila Kris.
“Jangan
bermimpi Kris, dan juga kenapa kau bisa mengenal dengan Junghyun?”
“Hemmm,,,apa
kau cemburu Jinni-ah”
Menurut
Jinni, Kris sudah tidak bisa lagi diajak kerjasama karna setiap pertanyaan
selalu di jawab dengan gombalan tak penting.
“Aku
sudah muak denganmu Kris”
Jinni
berlalu meninggalkan Kris yang masih menatapnya sampai Jinni keluar dari dalam café
dan berjalan cepat menuju mobilnya kemudian mengemudikan mobilnya cepat.
#
Sehun
ternyata masih penasaran dengan pertanyaan Dahye yang membuat kakak iparnya
sampai terkena pisau.
“Dahye-ya,
waktu itu kau menanyakan apa pada Junghyun noona?”
“Mmm,
waktu itu eonni memasak makanan kesukaan Luhan oppa kemudian aku tanya, apa
eonni sangat mencintai Luhan oppa tapi tiba-tiba jarinya terkena pisau” jawab
Dahye sembari mengulum lollipopnya.
Senyum
terkembang di bibir Sehun setelah mendengar penjelasan Dahye tentang Junghyun.
“Kenapa
kau tersenyum?” Dahye menatap Sehun aneh yang tiba-tiba tersenyum sendiri.
“Ani,,,bukan
apa-apa”
“Apa
kau sedang menggoda gadis-gadis yang ada disana?” Dahye menyipitkan matanya.
Sehun
semakin tersenyum lebar dan berniat menggoda gadisnya.
“Aahhh,,,mereka
sexy sekali”
“Mwo? Yaaa,,,Sehunnie
apa kau bilang” Dahye memukul lengan Sehun berali-kali dan membuat Sehun berlari
menghindar dari pukulan Dahye sambil tertawa.
Junghyun
masih memandangi kertas pemberian Kris yang berisi alamat sebuah rumah sakit yang
sudah ia ketahui.
“Kenapa
Kris memberiku alamat rumah sakit jika ingin menemuinya”
Setelah
berfikir sejenak akhirnya Junghyun memutuskan untuk pergi kesana hari itu juga
dan mengajukan cuti beberapa hari dari perusahaan.
Drrtttt,,,
Handphone
Luhan bergetar tanda pesan masuk.
From :
Junghyun
‘Luhan,
aku pulang ke Busan beberapa hari, maaf tidak memberitahumu sebelumnya jadi
jangan khawatrikan aku’
Luhan
mendesah setelah membaca pesan dari istrinya yang tiba-tiba pulang ke Busan,
apa dia marah dengan apa yang dilakukannya tadi malam pikir Luhan.
Jika
dia tidak segera menyusulnya kesana pasti ayah dan ibu mertuanya akan berfikir
yang tidak-tidak denganya dan Junghyun.
Luhan
bergegas pulang dan bersiap menyusul Junghyun dan menyerahkan sisa pekerjaannya
pada Jinni sebagai sekretarisnya.
“Jinni,
aku akan pergi ke Busan beberapa hari jadi kau urus ini” kata Luhan sambil
memberika beberapa berkas.
“Untuk
apa kau ke Busan oppa?”
“Aku
akan menyusul Junghyun, dan jangan panggil aku oppa jika berada di kantor”
“Mwo??,,,Oppa,,”
Jinni menahan tangan Luhan
“Jinni,,miane
aku harus pergi”
Jinni
mendengus kesal dengan sikap Luhan yang sudah mulai berubah padanya sejak 1th
terakhir ini yang menunjukan kalau Luhan sudah mulai jatuh hati pada Junghyun.
Junghyun
berjalan masuk kedalam sebuah rumah sakit di Busan dimana seseorang yang
dirindukannya berada, dalam fikirannya apakah dia menjadi dokter?
Tapi
tidak mungkin saat kuliah dia mengambil jurusan seni, apa dia sakit?, satu pertanyaan
ini yang membuat kekhawatiran Junghyun bertambah.
Meski
ragu Junghyun mencoba memberanikan diri bertanya pada receptionis.
“Permisi”
“Nde
nona, ada yang bisa kami bantu?”
“Begini,
saya mau tanya, apakah ada pasien bernama Park Chanyeol disini dan dia berada
di kamar nomor berapa?” entah kenapa pertanyaan yang tak pernah diinginkan ini
keluar dari mulutnya begitu saja.
“Sebentar
nona”
Wanita
petugas rumah sakit tersebut mengotak-atik computer didepannya mencari nama
yang Junghyun maksudkan.
“Ada
nona Park chanyeol berada di kamar no 106 lantai dua”
“Nde,
kalau boleh tahu apa sakitnya, ah maksudku,,aku sudah lama tidak bertemu
dengannya dan aku merasa tidak enak jika harus bertanya langsung”
“Mmm,
dia mengidap leukemia nona”
“Mwo?,,ah,,,Ne,,kamsahamnida”
Tubuh
Junghyun seketika melemas setelah mendengar bahwa Chanyeol mantan kekasihnya
yang masih ia cintai mengidap penyakit separah itu.
Rasanya
kakinya tak bisa menopang berat tubuhnya sekarang dan membuatnya hampir
terjatuh namun seseorang segera menahan tubuhnya. Junghyun menoleh kearah orang
tersebut.
“Kris,,,”
Kris
mendudukkan Junghyun di bangku depan kamar Chanyeol. Tubuh Junghyun lemas dan
bergetar matanya terasa panas dan air matanya siap keluar tapi Junghyun
menahannya.
“Sejak
kapan?” Junghyun membuka suara.
“Sejak
3tahun yang lalu, saat Chanyeol memutuskan meninggalkanmu”
“Jadi
itu alasan sebenarnya dia meninggalkanku?”
Kris
menganggukkan kepalanya dan mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Flashback
Chanyeol
tengan memasukkan pakaiannya dan beberapa barang kedalam koper besar dan di
tatap Kris.
“Chanyeol,
apa kau benar-benar sudah memikirkan keputusanmu?”
Pertanyaan
Kris membuat Chanyeol berhenti dari aktifitasnya sejenak tapi setelah itu dia
melanjutkan kembali kegiatannya.
“Aku
sudah mengatakan pada Junghyun kemarin kalau aku dan dia tak bisa bersama lagi”
“Pikirkanlah
lagi Chan”
“Kris,,cukup,,aku
mengidap leukemia, dan ini akan sulit di sembuhkan”
“Tapi
bukan berarti tidak bisa sembuh Chan, kemana semangat hidupmu yang dulu begitu
kau banggakan”
Chanyeol
menutup kopernya kemudian menatap Kris.
“Semua
sudah terlambat Kris dan aku akan ikut bersamamu ke Canada dan jika kau
keberatan memberikan tumpangan untukku, aku akan mencari penginapan sendiri”
Kris
menghela nafasnya, sulit sekali menghadapi temannya yang satu ini dia begitu
keras kepala.
1tahun
kemudian
Penyakit
Chanyeol semakin lama bertambah parah karna pergi ke Canada bukan untuk berobat
tapi menghindari Junghyun, bukannya mudah melupakan Junghyun dia semakin
merindukannya.
Tapi
sesampainya di Korea Chanyeol mendengar kabar bahwa Junghyun akan menikah
dengan orang pilihan ayahnya dari Donghae kakak Junghyun.
Kabar
tersebut membuatnya semakin tak memperdulikan penyakit yang semakin hari
menggerogoti tubuhnya.
Dan 1
bulan lalu Chanyeol di larikan ke rumah sakit ini karna pendarahan di hidungnya
tak mau berhenti dan sampai sekarang masih terbaring di rumah sakit dengan
kondisi kesehatan yang semakin menurun.
Flashback
end
Luhan
berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari istrinya, Luhan berhenti
saat melihat sebuah kamar dengan pintu sedikit terbuka dan mendapati Junghyun
tengah duduk di kursi sambil memandangi seorang namja yang terbaring di sana.
“Oppa,,,wae,,,”
air mata Junghyun mulai keluar dari pelupuk matanya.
Tangannya
terus menggenggam erat tangan Chanyeol yang kurus dan berwarna putih pucat,
namja yang dulu penuh dengan keceriaan kini terbaring lemah dengan berbagai
alat medis yang menempel di tubuhnya juga selang oksigen yang menempel di
hidungnya.
Chanyeol
mencoba menarik bibirnya agar membentuk sebuah senyuman, jari tangannya di
angkat pelan ke wajah Junghyun dan menghapus air matanya.
“Jangan
tangisi aku Junghyun-ah”
Junghyun
kembali menggenggam tangan Chanyeol dan di tempelkan kewajahnya. Chanyeol tak
melihat cincin polos pemberiannya lagi di jari Junghyun.
Kini
cincinnya telah tergantikan dengan cincin yang berhias berlian mewah dan desain
yang elegan, cincin pernikahan Junghyun dengan Luhan.
Kecewa
memang tak di pungkiri jika Chanyeol masih sangat mencintai Junghyun namun
Chanyeol juga sadar kalau Junghyun tak akan pernah bisa ia miliki.
“Junghyun-ah,,,jangan
menangis tanpa seizinku atau suamimu”
“ne?”
“Hemmm,,,,kau
terlihat jelek jika menangis” Chanyeol berkata sambil tersenyum tapi junghyun
masih terus menangis.
“Berhentilah,,aku
ingin melihat senyummu chagi-ya” lanjutnya
Meski
sudah bukan haknya memanggil Junghyun dengan panggilan itu, tapi Chanyeol ingin
sekali karna mungkin itu kesempatan terakhir Chanyeol memanggil Junghyun dengan
panggilan sayang.
Junghyun
tersenyum memenuhi permintaan Chanyeol dan kemudian Chanyeol mencium punggung
tangan Junghyun.
Di
luar, Luhan mengurungkan niatnya masuk kedalam ruangan dimana Junghyun berada
setelah melihat apa yang terjadi barusan.
Luhan
mengerti sekarang kenapa akhir-akhir ini Junghyun terlihat tak bersemangat dan
juga mengerti mereka saling mencintai dari sikap yang mereka tunjukkan.
Hati
luhan seperti di masuki beribu jarum yang memberikan rasa sakit yang amat
dadanya terasa sesak seakan aliran udara di paru-parunya tersumbat sesuatu.
.
.
.
TBC
Makasih
sudah baca sampai sejauh ini, jangan lupa komen. Tunggu part selanjunya ya,, ^^
Kritik
dan saran tetap di tunggu ^^ Perhatian!!
Jangan bingung saat baca karna q ga kasih Point Of View (POV)
tapi q kasih pembatas, dan awas banyak typo bertebaran. ^^
Happy Reading
Di meja kerjanya Luhan tak bisa berkonsentrasi pada
pekerjaanya, fikirannya masih terbayang namja yang bersama istrinya tadi siang.
Dan mengapa Jinni mengenalnya, sebenarnya siapa dia.
Flashback
“Hai,
kau yang bernama Luhan” Kris tersenyum sambil mengulurkan tangannya kearah
Luhan.
“Ne,
siapa kau?” Luhan menyambut uluran tangan Kris.
“Aku,,,orang
yang mereka kenal” Kris bergantian menunjuk Junghyun dan Jinni.
Jinni menatap Kris sengit dan begitu tidak suka dengan cara
bicaranya yang dengan terang menjelaskan bahwa dia mengenalnya dan satu lagi
kenapa bisa dia mengenal Junghyun.
“Aahhh,,,ini
membuang waktu aku harus pergi, oh ya Luhan-ssi aku ada sedikit permintaan
padamu, tolong jauhi Jinni atau ku ambil istrimu”
Kris menepuk pundak Luhan kemudian menarik tangan Junghyun
pergi dari situ diiringi tatapan tidak suka dari dua orang yang masih tidak
mengerti dengan ucapannya.
Flashback end
“Aish,,,apa
maksudnya” Luhan menyandarkan tubuhnya kasar pada andaran kursi dan membuat kursinya berputar.
Setelah berfikir cukup lama akhirnya Luhan memutuskan untuk
pulang lebih awal dan menemui Junghyun yang pasti sudah berada di rumah.
Tapi
dalam perjalanan Luhan melihat Junghyun berdiri di depan halte dengan
tatapan kosong, bahkan bus yang datang sama sekali tidak dihiraukannya.
Luhan meminggirkan mobilnya tepat di hadapan Junghyun dan membuat Junghyun sadar dari
lamunannya.
“Kenapa
kau masih disini, masuklah”
Tanpa berkata apapun Junghyun masuk kedalam mobil Luhan dan
duduk di sampingnya, sampai di apartemen merekapun, Junghyun masih membungkam mulutnya dan membuat Luhan
semakin penasaran.
“Junghyun”
Panggilan Luhan menghentikan langkah Junghyun sebelum dia
masuk kedalam kamarnya dan berbalik menatap Luhan.
“Mmm”
“Kau
kenapa?”
“Hemm,,aku
tidak apa-apa Luhan hanya sedikit lelah, aku mau mandi dan akan kusiapkan makan
malam untukmu”
Junghyun menutup kamarnya dengan di antar tatapan Luhan yang
merasa senyum istrinya seperti dipaksakan.
Di dalam kamar Junghyun tidak langsung membersihkan diri
namun dia berjalan menuju almari dan mengambil sebuah kotak yang berukuran
lumayan besar yang berisi barang yang menurut Junghyun adalah kenangan yang tak
bisa di lupakan.
Junghyun mengambil sebuah mawar berwarna biru yang terbuat
dari plastic dan sebuah cincin polos kecil seukuran jarinya, kenangan beberapa tahun lalu
kembali teringat olehnya.
“Chagi,,,kau
tunggu disini sebentar, aku akan membelikanmu minum” junghyun mengangguk
menuruti perkataan namja itu yang saat itu masih kekasihnya.
Tak lama kemudian namja itu kembali dengan menyembunyikan
salah satu tangannya di balik punggung. Di hadapan Junghyun namja itu terus tersenyum lebar
dan kemudian memberikan bunga mawar biru yang tadi ia sembunyikan.
Junghyun menatap bingung namjachingunya yang tadi berkata
akan membelikannya minum namun yang ia bawa malah bunga mawar yang terbuat dari
plastic.
“Kau
bilang akan membeli minum, kenapa malah memberiku bunga”
“Hmmm,,,ambilah
dulu” junghyun meraih bunga tersebut dan saat namja itu melepaskan tangannya
dari tangkai bunga turun sebuah cincin polos yang berukuran kecil. Namja itu juga menunjukkan
jari tangannya yang juga memakai cincin yang sama.
Junghyun tersenyum senang mendapat kejutan kecil yang begitu
romantis dari namjachingunya ini, tapi itu hanya kenangan yang tak sengaja Junghyun
ingat saat melihat bunga di dalam kotak tersebut.
“Oppa,,apa
kau baik-baik saja, bogoshippo” gumamnya.
#
Dari penampilan masakan Junghyun tidak ada yang aneh dan
juga seperti sangat enak namun tidak dengan rasanya yang hambar,mungkin karna
perasaan Junghyun yang tak menentu jadi berdampak pada masakannya tapi tak
mengurungkan niat Luhan untuk tetap memakannya.
“Junghyun,
sebenarnya ada apa, sampai masakanmu rasanya hambar”
“Benarkah?”
Junghyun mencicipi kuah supnya dan benar saja kalau rasanya
hambar, untuk memperbaiki rasa dari supnya junghyun bersiap mengangkat mangkuk
berukuran sedang tersebut keatas
kompor namun tangannya ditahan oleh Luhan.
“Sudahlah
tidak apa-apa, aku akan tetap memakannya, duduklah”
Junghyun duduk kembali ke kursinya sambil melihat wajah
luhan yang sekarang terlihat serius dan masih menggenggam tangannya.
“Siapa
namja yang tadi bersamamu?”
Sepertinya Junghyun melupakan satu hal yang terjadi tadi
siang di depan café, dia bertemu dengan Luhan saat dia bersama Kris.
“Ah
dia Kris temanku”
“Dan
kenapa dia juga mengenal Jinni?”
“Kalau
itu aku tidak tahu, karna sebelumnya aku tidak bertemu dengannya hampir 3tahun”
“Lalu
ada perlu apa dia
bertemu denganmu dan apa maksud perkataannya tadi siang?”
Luhan benar-benar tidak bisa mengontrol rasa ingin tahunya
tentang namja bernama Kris yang tiba-tiba mengancamnya tanpa alasan yang dia
tahu.
“Aku
juga tidak mengerti apa maksudnya”
“Apa
dia menyukaimu?”
“Ani,,,dia
tidak menyukaiku Luhan”
“Kenapa
kau seyakin itu?”
“Dia
hanya teman, aku yakin karna aku mengenalnya”
“Seberapa
kenal kau dengannya dan berapa lama kau berteman dengannya”
“Cukup
Luhan,,ada apa denganmu, aku lelah,,aku ingin istirahat”
Junghyun pergi meninggalkan Luhan yang masih tak puas dengan
jawaban istrinya dan mengejarnya kemudian menahan tangannya.
“Tunggu
Junghyun, kau belum menjawab pertanyaanku”
“Kau
sudah berlebihan Luhan-ssi, ingat kontrak yang telah kita buat”Junghyun melepaskan tangannya
kasar kemudian masuk kedalam kamarnya.
Kontrak yang mereka buat selain becerai setelah Luhan
menjadi CEO adalah sepakat bahwa mereka harus menghargai privasi masing-masing.
Luhan mengacak rambutnya frustasi seakan menyesal kenapa dia
harus membuat kontrak itu bersama Junghyun
yang sekarang membuatnya tak bisa leluasa mengetahui apa yang di sembunyikan
Junghyun darinya.
#
Namja
yang tengah menjajaki alam mimpinya terganggu nada dering teleponnya yang
berbunyi dan tak berhenti, mau tidak mau dia harus membuka matanya dan mencari
di mana letak handphonenya.
Setelah
menemukan apa yang dia cari tak menunggu lama dia menggeser tombol hijau untuk
menerima panggilan.
“Yeoboseo”
“Yak
Kris,,,sebenarnya apa maumu,,,” suara yeoja di seberang memekikan telinga kris
dan membuatnya menjauhkan hpnya dari telinganya.
“Sepagi
ini kau menelponku dan hanya menanyakan apa mauku,,,he,,aku ingin kau ada
disini jinni-ah”
“Aish
dasar namja gila, ku tunggu kau di café dekat apartemenmu”
Pip
Jinni
mematikan teleponnya begitu saja tanpa berpamitan dengan lawan bicaranya.
“Ah,,,kenapa
dimatikan begitu saja,,,tapi aku tetap menyukaimu jinni-aaahhh,,,,”
Kris merenggangkan
otot tubuhnya sambil terus memanggil nama Jinni seperti orang gila, atau
mungkin memang benar-benar sudah tergila-gila pada Jinni.
Jinni
menunggu Kris dengan tidak sabar di dalam café dan beberapa kali mendesah untuk
melegakan perasaannya yang gusar sejak kemarin Kris sengaja berkata bahwa dia
mengenalnya.
Cling
Lonceng
yang tergantung di pintu café berbunyi tanda ada pengunjung yang datang dan itu
Kris yang datang dengan memakai kaca mata hitam, mantel jas dan didalamnya
memakai sweeter berwarna putih.
Tak di
pungkiri jika Kris memang namja tampan dan itu juga diakui oleh Jinni saat
pertama bertemu dengannya.
“Kenapa
kau mengajakku bertemu, apa kau merindukanku?” tanya Kris setelah duduk
dihadapan Jinni.
“Aish,,,hentikan
sikap menjijikanmu itu Kris”
“Lalu
ada apa?”
“Apa
maksud perkataanmu kemarin Kris?”
Kris
tak langsung menjawab pertanyaan Jinni dan masih terus memandangnya tapi
kemudian Kris memperlihatkan senyumnya.
“Wae? Kau
takut ditinggalkan Luhan?”
“Kris,
aku memintamu pulang ke Korea untuk membantuku mendapatkan Luhan, bukan
menghancurkannya”
Jinni
bicara penuh dengan penekanan agar Kris mau mengerti apa yang sebenarnya di
inginkan Jinni. Kris memajukkan tubuhnya mendekat kearah Jinni.
“Jinni-ah,
aku tak pernah menyetujui rencanamu dan kepulanganku ke Korea karna memang aku
ada urusan juga aku akan membawamu ikut denganku ke Canada”
Jinni
menatap lawan bicaranya sengit merasa salah memilih orang untuk membantunya dan
mungkin bisa menghancurkan rencananya kapan saja.
Apalagi
baru saja Kris bilang bahwa dia akan membawanya ikut ke Canada yang ia rasa itu
rencana gila Kris.
“Jangan
bermimpi Kris, dan juga kenapa kau bisa mengenal dengan Junghyun?”
“Hemmm,,,apa
kau cemburu Jinni-ah”
Menurut
Jinni, Kris sudah tidak bisa lagi diajak kerjasama karna setiap pertanyaan
selalu di jawab dengan gombalan tak penting.
“Aku
sudah muak denganmu Kris”
Jinni
berlalu meninggalkan Kris yang masih menatapnya sampai Jinni keluar dari dalam café
dan berjalan cepat menuju mobilnya kemudian mengemudikan mobilnya cepat.
#
Sehun
ternyata masih penasaran dengan pertanyaan Dahye yang membuat kakak iparnya
sampai terkena pisau.
“Dahye-ya,
waktu itu kau menanyakan apa pada Junghyun noona?”
“Mmm,
waktu itu eonni memasak makanan kesukaan Luhan oppa kemudian aku tanya, apa
eonni sangat mencintai Luhan oppa tapi tiba-tiba jarinya terkena pisau” jawab
Dahye sembari mengulum lollipopnya.
Senyum
terkembang di bibir Sehun setelah mendengar penjelasan Dahye tentang Junghyun.
“Kenapa
kau tersenyum?” Dahye menatap Sehun aneh yang tiba-tiba tersenyum sendiri.
“Ani,,,bukan
apa-apa”
“Apa
kau sedang menggoda gadis-gadis yang ada disana?” Dahye menyipitkan matanya.
Sehun
semakin tersenyum lebar dan berniat menggoda gadisnya.
“Aahhh,,,mereka
sexy sekali”
“Mwo? Yaaa,,,Sehunnie
apa kau bilang” Dahye memukul lengan Sehun berali-kali dan membuat Sehun berlari
menghindar dari pukulan Dahye sambil tertawa.
Junghyun
masih memandangi kertas pemberian Kris yang berisi alamat sebuah rumah sakit yang
sudah ia ketahui.
“Kenapa
Kris memberiku alamat rumah sakit jika ingin menemuinya”
Setelah
berfikir sejenak akhirnya Junghyun memutuskan untuk pergi kesana hari itu juga
dan mengajukan cuti beberapa hari dari perusahaan.
Drrtttt,,,
Handphone
Luhan bergetar tanda pesan masuk.
From :
Junghyun
‘Luhan,
aku pulang ke Busan beberapa hari, maaf tidak memberitahumu sebelumnya jadi
jangan khawatrikan aku’
Luhan
mendesah setelah membaca pesan dari istrinya yang tiba-tiba pulang ke Busan,
apa dia marah dengan apa yang dilakukannya tadi malam pikir Luhan.
Jika
dia tidak segera menyusulnya kesana pasti ayah dan ibu mertuanya akan berfikir
yang tidak-tidak denganya dan Junghyun.
Luhan
bergegas pulang dan bersiap menyusul Junghyun dan menyerahkan sisa pekerjaannya
pada Jinni sebagai sekretarisnya.
“Jinni,
aku akan pergi ke Busan beberapa hari jadi kau urus ini” kata Luhan sambil
memberika beberapa berkas.
“Untuk
apa kau ke Busan oppa?”
“Aku
akan menyusul Junghyun, dan jangan panggil aku oppa jika berada di kantor”
“Mwo??,,,Oppa,,”
Jinni menahan tangan Luhan
“Jinni,,miane
aku harus pergi”
Jinni
mendengus kesal dengan sikap Luhan yang sudah mulai berubah padanya sejak 1th
terakhir ini yang menunjukan kalau Luhan sudah mulai jatuh hati pada Junghyun.
Junghyun
berjalan masuk kedalam sebuah rumah sakit di Busan dimana seseorang yang
dirindukannya berada, dalam fikirannya apakah dia menjadi dokter?
Tapi
tidak mungkin saat kuliah dia mengambil jurusan seni, apa dia sakit?, satu pertanyaan
ini yang membuat kekhawatiran Junghyun bertambah.
Meski
ragu Junghyun mencoba memberanikan diri bertanya pada receptionis.
“Permisi”
“Nde
nona, ada yang bisa kami bantu?”
“Begini,
saya mau tanya, apakah ada pasien bernama Park Chanyeol disini dan dia berada
di kamar nomor berapa?” entah kenapa pertanyaan yang tak pernah diinginkan ini
keluar dari mulutnya begitu saja.
“Sebentar
nona”
Wanita
petugas rumah sakit tersebut mengotak-atik computer didepannya mencari nama
yang Junghyun maksudkan.
“Ada
nona Park chanyeol berada di kamar no 106 lantai dua”
“Nde,
kalau boleh tahu apa sakitnya, ah maksudku,,aku sudah lama tidak bertemu
dengannya dan aku merasa tidak enak jika harus bertanya langsung”
“Mmm,
dia mengidap leukemia nona”
“Mwo?,,ah,,,Ne,,kamsahamnida”
Tubuh
Junghyun seketika melemas setelah mendengar bahwa Chanyeol mantan kekasihnya
yang masih ia cintai mengidap penyakit separah itu.
Rasanya
kakinya tak bisa menopang berat tubuhnya sekarang dan membuatnya hampir
terjatuh namun seseorang segera menahan tubuhnya. Junghyun menoleh kearah orang
tersebut.
“Kris,,,”
Kris
mendudukkan Junghyun di bangku depan kamar Chanyeol. Tubuh Junghyun lemas dan
bergetar matanya terasa panas dan air matanya siap keluar tapi Junghyun
menahannya.
“Sejak
kapan?” Junghyun membuka suara.
“Sejak
3tahun yang lalu, saat Chanyeol memutuskan meninggalkanmu”
“Jadi
itu alasan sebenarnya dia meninggalkanku?”
Kris
menganggukkan kepalanya dan mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Flashback
Chanyeol
tengan memasukkan pakaiannya dan beberapa barang kedalam koper besar dan di
tatap Kris.
“Chanyeol,
apa kau benar-benar sudah memikirkan keputusanmu?”
Pertanyaan
Kris membuat Chanyeol berhenti dari aktifitasnya sejenak tapi setelah itu dia
melanjutkan kembali kegiatannya.
“Aku
sudah mengatakan pada Junghyun kemarin kalau aku dan dia tak bisa bersama lagi”
“Pikirkanlah
lagi Chan”
“Kris,,cukup,,aku
mengidap leukemia, dan ini akan sulit di sembuhkan”
“Tapi
bukan berarti tidak bisa sembuh Chan, kemana semangat hidupmu yang dulu begitu
kau banggakan”
Chanyeol
menutup kopernya kemudian menatap Kris.
“Semua
sudah terlambat Kris dan aku akan ikut bersamamu ke Canada dan jika kau
keberatan memberikan tumpangan untukku, aku akan mencari penginapan sendiri”
Kris
menghela nafasnya, sulit sekali menghadapi temannya yang satu ini dia begitu
keras kepala.
1tahun
kemudian
Penyakit
Chanyeol semakin lama bertambah parah karna pergi ke Canada bukan untuk berobat
tapi menghindari Junghyun, bukannya mudah melupakan Junghyun dia semakin
merindukannya.
Tapi
sesampainya di Korea Chanyeol mendengar kabar bahwa Junghyun akan menikah
dengan orang pilihan ayahnya dari Donghae kakak Junghyun.
Kabar
tersebut membuatnya semakin tak memperdulikan penyakit yang semakin hari
menggerogoti tubuhnya.
Dan 1
bulan lalu Chanyeol di larikan ke rumah sakit ini karna pendarahan di hidungnya
tak mau berhenti dan sampai sekarang masih terbaring di rumah sakit dengan
kondisi kesehatan yang semakin menurun.
Flashback
end
Luhan
berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari istrinya, Luhan berhenti
saat melihat sebuah kamar dengan pintu sedikit terbuka dan mendapati Junghyun
tengah duduk di kursi sambil memandangi seorang namja yang terbaring di sana.
“Oppa,,,wae,,,”
air mata Junghyun mulai keluar dari pelupuk matanya.
Tangannya
terus menggenggam erat tangan Chanyeol yang kurus dan berwarna putih pucat,
namja yang dulu penuh dengan keceriaan kini terbaring lemah dengan berbagai
alat medis yang menempel di tubuhnya juga selang oksigen yang menempel di
hidungnya.
Chanyeol
mencoba menarik bibirnya agar membentuk sebuah senyuman, jari tangannya di
angkat pelan ke wajah Junghyun dan menghapus air matanya.
“Jangan
tangisi aku Junghyun-ah”
Junghyun
kembali menggenggam tangan Chanyeol dan di tempelkan kewajahnya. Chanyeol tak
melihat cincin polos pemberiannya lagi di jari Junghyun.
Kini
cincinnya telah tergantikan dengan cincin yang berhias berlian mewah dan desain
yang elegan, cincin pernikahan Junghyun dengan Luhan.
Kecewa
memang tak di pungkiri jika Chanyeol masih sangat mencintai Junghyun namun
Chanyeol juga sadar kalau Junghyun tak akan pernah bisa ia miliki.
“Junghyun-ah,,,jangan
menangis tanpa seizinku atau suamimu”
“ne?”
“Hemmm,,,,kau
terlihat jelek jika menangis” Chanyeol berkata sambil tersenyum tapi junghyun
masih terus menangis.
“Berhentilah,,aku
ingin melihat senyummu chagi-ya” lanjutnya
Meski
sudah bukan haknya memanggil Junghyun dengan panggilan itu, tapi Chanyeol ingin
sekali karna mungkin itu kesempatan terakhir Chanyeol memanggil Junghyun dengan
panggilan sayang.
Junghyun
tersenyum memenuhi permintaan Chanyeol dan kemudian Chanyeol mencium punggung
tangan Junghyun.
Di
luar, Luhan mengurungkan niatnya masuk kedalam ruangan dimana Junghyun berada
setelah melihat apa yang terjadi barusan.
Luhan
mengerti sekarang kenapa akhir-akhir ini Junghyun terlihat tak bersemangat dan
juga mengerti mereka saling mencintai dari sikap yang mereka tunjukkan.
Hati
luhan seperti di masuki beribu jarum yang memberikan rasa sakit yang amat
dadanya terasa sesak seakan aliran udara di paru-parunya tersumbat sesuatu.
.
.
.
TBC
Makasih
sudah baca sampai sejauh ini, jangan lupa komen. Tunggu part selanjunya ya,, ^^
Kritik
dan saran tetap di tunggu ^^
cepet lanjut ya.. :)
ReplyDeleteuntuk lanjutnya sabar dulu ya,,,
Deletemakasih udah mampir ^^