You’re Still My Wife( part 10)
Author : Fujiwara Yumi
Genre : Romance, Married Life
Main cast : Lee Jung Hyun, Luhan,
Kris, Kim Jinni
Other cast : Silahkan di cari ^^
Perhatian!!
Semua FF yang saya buat
berdasarkan pemikiran sendiri, inspirasi kebanyakan dari drama atau kehidupan
pribadi, No Copy n No Bash.
Jangan bingung saat baca karna q ga
kasih Point Of View (POV) tapi q kasih pembatas, dan AWAS!! banyak typo
bertebaran. ^^
Happy Reading
PLAAKKK
Sebuah tamparan
keras dipipi Luhan dari ayahnya, Luhan meringis kesakitan mendapat tamparan
keras saat Luhan baru saja sampai.
”Dasar anak tak
berguna, apa yang kau lakukan hah!!” murka appa di depan Luhan.
Omma dan Sehun
hanya bisa diam menyaksikan Luhan di marahi dan di tampar di depan mereka tanpa
bisa membantu.
“Mi...miane
app...” kata Luhan terbata.
“Diam, darahku
yang tak pernah mengalir dalam tubuhmu tetaplah tak bisa mewarisi meski aku
sudah mengajarkanmu banyak hal” potong appa.
DEG
Omma melebarkan
matanya mendengarkan perkataan suaminya yang selama 20 tahun ini berjanji tak
akan ia katakan, apalagi Sehun yang lebih terkejut dengan perkataan appanya,
apa maksudnya?
“Mwoya?” kata
sehun pelan.
Masih tak
mengerti dengan perkataan ayahnya bahwa dalam tubuh Luhan kakaknya tak ada
darah ayahnya, apakah Luhan kakak tirinya atau bagaimana?
“Apa maksud appa?”
Sehun tak bisa
menahannya lagi untuk tidak bertanya. Sehun berjalan mendekat kearah ayahnya
yang masih berdiri di depan Luhan dengan amarah yang sepertinya sulit diredam
karna foto Luhan dengan Jinni tersebar luas diinternet yang membuat harga saham
diperusahaannya menurun.
“Aku sudah
mengajari segala hal padamu, tapi ternyata salah jika aku menaruh harapan besar
padamu”
“Hyung” panggil
Sehun.
Luhan hanya
menatap Sehun dengan mata berkaca-kaca, tak tahu apa yang harus ia katakan
kepada Sehun yang sebenarnya bukan adik kandungnya. Selama ini Luhan telah
melupakan siapa sebenarnya dirinya di keluarga ini.
Sehun masih
menunggu jawaban dari Luhan, namun Luhan malah meninggalkannya dan Sehun hendak
mengejar hyungnya tapi omma menahan.
“Sehun, omma akan
jelaskan padamu”
Flashback
20 tahun yang
lalu, seorang anak lelaki berumur 4 tahun menangis dipinggir jalan sambil
memanggil ibunya, orang yang berlalu lalang tak ada yang menghiraukannya. Sampai
sebuah mobil akhirnya berhenti dan menghampiri anak itu.
“Huaaaa...mama...”
tangis anak itu.
“Hei, kenapa kau
menangis, dimana ibumu?” tanya tuan Oh pemilik mobil itu.
Tapi anak itu tak
mau menjawab dan tetap menangis sambil memanggil ibunya, mendengar kata mama
tuan Oh sepertinya menyadari sesuatu bahwa tak ada orang Korea memanggil ibunya
dengan sebuta mama.
“Direktur Oh,
sepertinya anak ini bukan dari Korea” kata sekretarisnya.
Kening tuan Oh
berkerut setelah mendengar perkataan sekretarisnya yang menyatakan bahwa anak
yang dihadapannya saat ini bukan dari Korea.
“Bagaimana kau
tahu kalau dia bukan dari Korea?” tanya tuan Oh.
Sekretarisnya
menjelaskan mengapa dia tahu kalau anak ini bukan dari negaranya dan mencoba
bertanya dengan bahasa mandarin, dan yang terjadi anak itu mengerti yang
menandakan dia bukan dari Korea tapi dari Cina.
Tuan Oh memang
tidak bisa berbahasa mandarin tapi untungnya ada sekretarisnya yang bisa
membantunya. Akhirnya anak itu di bawa kekantor polisi untuk dilaporkan agar
sang orang tua mencarinya dan tuan Oh masih setia menemani anak itu sampai ada
yang menjemputnya.
“Siapa namamu?”
tanya tuan Oh, tapi anak itu tak mengerti apa yang ditanyakan padanya dan
akhirnya sekretarisnya menterjemahkan untuknya.
“Luhan” jawab
anak itu singkat.
Setelah Luhan
tenang dia bisa menjawab dan menceritakan bagaimana dia bisa dipinggir jalan
sendirian. Ternyata sang ibu dengan tega meninggalkan anaknya yang masih
berumur 4 tahun itu di kota bahkan di negara yang asing baginya.
“Sekretaris Ahn
bagaimana ini, kau bawa pulang saja kasihan dia” kata tuan Oh.
“Jangan direktur,
saya belum menikah apa keluarga saya nanti” tolak Sekretaris Ahn.
“Istriku juga
sedang hamil, bagaimana aku bicara padanya dan aku tidak tega meninggalkan anak
ini”
"Aku akan
bantu bicara pada istri anda direktur"
Meski sedikit
ragu dan takut saat akan bertemu dengan istrinya karna pulang membawa seorang
anak. namun dengan bantuan sekretarisnya yang menjelaskan bahwa mereka
menemukan luhan di jalan karena di tinggal ibunya.
"Kiyopta,
siapa namamu?" tanya nyonya Oh.
Luhan hanya diam
saja karna memang dia tak mengerti dengan bahasa Korea.
"Ah aku
lupa, bukankah dia tidak bisa berbahasa korea?" tuan Oh memijit
pelipisnya.
"Benar, kita
melupakannya direktur" imbuh sekretaris Oh.
"Apa
maksudnya yeobo?" tanya istrinya.
"Dia dari
cina istriku" jawab tuan Oh.
"Bagaimana
kau tahu?"
"Tadi
sekretaris Ahn bertanya padanya"
"Kalau
begitu kau tinggal sementara di sini saja sekretaris Ahn, dan ajari dia bahasa
korea"
Mau tidak mau
sekretaris Ahn menuruti keinginan atasannya karena mereka begitu menyukai Luhan
dan berniat merawatnya sebagai anak mereka meski sebentar lagi mereka mempunyai
anak.
Tak sulit bagi
mereka untuk mengajari Luhan, karna dia sangat mudah belajar dan menerima
sesuatu. Meski sesekali dia rewel karna merindukan ibu kandungnya, disaat
seperti itulah orang tua angkat Luhan harus memberikan pengertian bahwa orang
tuanya saat ini adalah mereka.
"Luhan,
mulai sekarang panggil aku omma dan ini appa" kata nyonya Oh sambil
menunjuk pada suaminya.
"Omma...appa"
kata Luhan.
Nyonya dan tuan
Oh tersenyum melihat Luhan sudah mengerti apa yang mereka katakan.
"Mulai
sekarang kami adalah orang tuamu, arrachi?"
Luhan masih
terlihat berfikir untuk mencerna apa yang nyonya Oh katakan padanya, tapi
beberapa saat Luhan kecil tersenum kemudian menganggukkan kepalanya menyetujui
permintaan nyonya Oh yang sekarang menjadi ibunya.
Nyonya Oh membawa
Luhan kecil dalam pelukannya kemudian mencium kedua pipinya juga keningnya, tak
kalah dengan istrinya tuan Oh juga memberikan pelukannya pada Luhan dan
istrinya.
3 bulan kemudian
Oooeee...ooee...
Seorang bayi
laki-laki lahir dengan sehat dan tampan, dia adalah bayi yang di lahirkan oleh
nyonya Oh. Setelah dibersihkan oleh suster dan di balut dengan kain bersih dan
hangat, bayi yang belum diberi nama itu di berikan kepada nyonya Oh yang terus
di temani oleh suaminya juga ada Luhan disana.
"Dia mirip
sekali denganmu sayang" kata nyonya Oh dengan mata berkaca-kaca dan
suaminya menyambut dengan senyuman.
Luhan hanya
melihat dari jauh dan seakan tak berani mendekat kepada mereka yang sedang
berbahagia dengan kelahiran anak kandung mereka.
"Kalau di
perhatikan mirip dengan Luhan istriku"
mendengar nama
Luhan, nyonya Oh baru menyadari kalau dari tadi ia melupakan anak angkatnya
yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Nyonya Oh mengedarkan
pandangannya mencari Luhan dan berhenti di arah pintu ruangannya.
Luhan tengah
berdiri sambil menundukan kepalanya dan memegangi rubik yang baru saja ayahnya
belikan untuknya.
“Ya ampun, kenapa
aku bisa lupa istriku” kata tuan Oh.
Tuan Oh mendekati
luhan kemudian menggendongnya dan mendekat kepada istrinya lagi.
“Lihatlah Luhan,
dia adikmu tampan bukan?” kata tuan Oh.
“Adikku?” tanya
Luhan.
“Siapa namanya?”
tanya Luhan lagi.
“Ah benar, kita
beri nama siapa istriku?” tanya tuan Oh.
“Mmm...bagaimana
kalau kita beri nama Sehun yeobo, Oh Sehun” jawab nyonya Oh.
“Sehun” kata
Luhan.
“Kau suka nama
itu Luhan?” tanya tuan Oh.
“Mmm, itu bagus”
jawab Luhan tersenyum sambil terus memandangi bayi Sehun yang tertidur pulas.
Senyum yang
terukir bahagia di wajah mereka dan mereka pun tak pernah membedakan kasih
sayang antara Sehun dan Luhan hanya saja melihat kemampuan Luhan yang lebih
dari Sehun, maka ayahnya lebih menanamkan harapan besar pada Luhan.
Flashback end
“Omma sangat
menyayangi Luhan hyung?” tanya Sehun setelah ommanya menceritakan yang
sebenarnya.
Omma menoleh
kearah Sehun dan meraih tangannya menggenggamnya erat sembari sedikit mengelus
sedikit punggung tangan Sehun.
“Omma juga sangat
menyayangimu Sehun, omma harap kau juga tetap menyayangi hyungmu” Sehun
tersenyum pada ommanya kemudian memeluk omma erat.
“Aku akan selalu
menyayangi kalian” kata Sehun kemudian melepaskan pelukannya.
“Gumawo Sehunnie”
#
Luhan duduk
dengan menelungkupkan wajahnya pada telapak tangannya di taman belakang rumah,
dia masih berada di rumah orang tuanya dan masih enggan beranjak dari bangku
taman itu sejak sore tadi.
Sebuah tangan
memegang pundaknya lembut, tangan halus milik ibunya yang memang sudah lama tak
ia rasakan ditubuhnya.
“Luhan” panggil
ibunya.
Luhan menoleh
kearah ibunya yang sudah duduk di sampingnya dan masih memegangi pundak Luhan
dengan lembut.
“Omma tahu
perasaanmu, ayahmu hanya sedang marah” kata omma.
“Tapi benar kata
appa, omma...aku anak yang tidak berguna dan memang aku bukan...”
“Sssttt...meski
kebenarannya seperti itu tapi kau kami besarkan dengan kasih sayang kami, kau
tetap anak omma juga appa”
“Omma...”
Mata Luhan sudah
tak kuasa membendung air yang sejak tadi ia tahan agar tak keluar, Luhan
menangis karna ibunya masih tetap menyayanginya meski dia sudah membuat
kekacauan besar pada keluarga juga perusahaannya.
“Ne kau tetap
anak omma Luhan, dan omma percaya padamu”
Luhan memeluk
ibunya erat dan isaknya semakin keras dalam pelukan ibunya membuat ibunya juga
tak kuasa untuk tidak menangis. Anak kesayangannya mengalami kesulitan dan
sudah tersakiti karna kata-kata suaminya.
Dua orang yang
berada didalam rumah ditempat yang berbeda melihat dengan hati ngilu, appanya
tetap masih menyayangi Luhan dan merasa menyesal telah mengatakan hal itu yang
20 tahun tak ia ungkit lagi.
Sehun yang
melihat hyungnya menangis dalam pelukan ibunya dari balik jendela kamarnya juga
ikut merasakan betapa sakitnya hati hyungnya saat ini. Sehun meraih ponselnya
kemudian mencari kontak seseorang dan menelponnya.
Drrrttt...drrttt...
Ponsel Junghyun
bergetar tanda panggilan masuk dan tertulis Sehun pada layar ponselnya. Junghyun
merasa enggan menjawab panggilan dari Sehun karna suasana hatinya saat ini
belum membaik tapi Junghyun berfikir, bukankah Sehun tak ada hubungannya dengan
masalah ini?
“Yeoboseo”
Junghyun akhirnya memutuskan untuk menjawab panggilan dari Sehun.
“Noona, kau
dimana?” suara Sehun diseberang.
“Aku di Busan”
jawab Junghyun singkat.
“Noona pulanglah,
hyung...”
“Sudahlah Sehun,
aku tak ingin bertemu dengannya” potong Junghyun.
“Dengarkan aku
dulu noona”
#
Luhan masih
meringkuk di dalam selimut meski pagi sudah menjelang, omma tak mengijinkan dia
pulang keapartemennya dan menyuruhnya menginap. Luhan sudah bangun dari
tidurnya sejak tadi memang tidurnya tidak nyenyak karna masalah ini.
Derap langkah
kaki mendekati ranjang Luhan, dan Luhan sangat mengenali derap kaki siapa itu. Sehun
duduk di samping ranjang Luhan.
“Hyung, ayo kita
makan, dari kemarin kau belum makan apa-apa” bujuk Sehun.
“Makanlah dulu,
aku tak lapar” tolak Luhan.
“Jika kau tak
makan, aku juga tak ingin makan” kata Sehun yang membuat Luhan menghadapkan
tubuhnya kearah Sehun.
“Sehun, apa kau
tidak membenciku?” pertanyaan yang membuat kening Sehun berkerut.
“Aku tak punya
alasan untuk membencimu” jawab Sehun.
“Aku bukan
hyungmu Sehun”
“Ani, kau hyungku
sampai kapanpun kau adalah hyungku” Sehun mengusap matanya yang mulai
mengeluarkan air.
Luhan mendudukkan
tubuhnya kemudian tersenyum pada Sehun, hatinya merasa lega bahwa Sehun tetap
menganggapnya hyung. Tapi hatinya merindukan Junghyun yang belum sempat ia
susul yang ia yakini dia kembali ke Busan.
Setelah bujukan
Sehun yang berhasil membuat Luhan mau mengisis perutnya. Luhan berpamitan
kembali ke apartemennya dan dia juga berjanji akan menyelesaikan masalah ini
dan berusaha menjelaskan pada investor bahwa ini kesalahannya.
Meski ayahnya tak
menghiraukannya, namun Luhan tetap berpamitan dan memberi hormat padanya meski
sejujurnya Luhan merindukan senyum ayahnya.
Sesampainya di
apartemen, Luhan mengganti pakaiannya dan berniat pergi menyusul Junghyun ke
Busan tapi saat Luhan keluar dari kamarnya. Luhan melihat Junghyun sudah
berdiri di ruang tamu dengan menyeret kopernya.
“Junghyun”
panggil Luhan pelan.
Junghyun menoleh
dan tatapan mereka bertemu, Luhan ingin sekali memeluk istrinya yang tak ia
lihat 2 hari ini. Tapi mengingat kejadian yang baru terjadi Luhan masih takut
jika Junghyun menolak dan membencinya.
Tunggu, bukankah
Junghyun kembali dengan membawa kopernya itu berarti dia memutuskan untuk
kembali kerumah ini dan bertemu dengannya bukan.
“Jelaskan padaku”
kata Junghyun yang membuyarkan lamunan Luhan.
“Itu tidak
seperti yang kau fikirkan Junghyun, Jinni yang telah menjebakku” jelas Luhan.
Junghyun berjalan
mendekati Luhan kemudian memeluknya, Luhan berkesiap mendapat pelukan dari
istrinya yang sebenarnya sangat Luhan inginkan.
“Kenapa kau pergi
begitu saja tanpa mendengarkan penjelasanku” Luhan membalas pelukan istrinya.
“Ku fikir kau
masih mencintainya dan sengaja melakukannya” jawab Junghyun yang masih memeluk
suaminya.
“Hanya kau yang
kini aku cintai Junghyun-ah”
“Buat aku percaya
dengan kata-katamu”
Luhan melepas
pelukannya kemudian mencium kening Junghyun cukup lama, Junghyun menatap Luhan
tak mengerti.
“Apa dengan kau
menciumku, bisa membuat aku percaya padamu?” tanya Junghyun.
“Ani, ciuman ini
karna aku merindukanmu” Luhan mencium kening Junghyun sekali lagi.
“Dan ini karna
aku sangat mencintaimu” lanjut Luhan.
“Lalu bagaimana
kau membuatku percaya?” tanya Junghyun yang masih tak mengerti.
“Aku akan
berusaha semampuku sampai kau benar-benar mempercayaiku”
Jawaban dari
Luhan yang mungkin tidak begitu jelas namun membuat Junghyun tersenyum dan
dapat di pastikan dia akan percaya pada Luhan sepenuhnya.
“Mianae” kata
Junghyun yang masih setia menatap mata suaminya.
“Kenapa kau
tiba-tiba meminta maaf?”
“Aku sudah tahu
semuanya dari Sehun, maafkan aku yang malah meninggalkanmu” jelas Junghyun.
Luhan menghela
nafasnya sejenak mengingat kembali perkataan ayahnya yang memang masih terasa
sakit di hatinya. Kenyataannya memang benar bahwa dia bukan anak kandung
mereka, tapi Luhan seakan tak mau menerima kenyataan itu karna Luhan sudah
terlampau menyayangi keluarganya itu.
“Jadi, apa kau
masih mencintaiku?”
“Aku mencintaimu
bukan karna latar belakang siapa kau Luhan, meski awalnya kita bertemu karna
pernikahan yang di paksa, aku membutuhkanmu karna aku mencintaimu” Junghyun
memegang wajah Luhan lembut.
“Dan aku tak
peduli siapa dirimu sebenarnya” Lanjut Junghyun yang di sambut pelukan oleh
Luhan.
“Gumawo Junghyun,
gumawo istriku”
#
Kris melempar ponselnya
sembarang keatas meja, kesal karna berulang kali Kirs menghubungi Jinni tapi
ponselnya tidak pernah aktif. Belajar jadi pengecut dari mana Jinni yang
melarikan diri setelah membuat kekacauan ini.
Melihat sebuah
kamera di atas meja rumahnya Kris ingat kalau ini milik Tao yang pasti
tertinggal, telalu pusing memikirkan Jinni yang entah berada dimana, Kris
memilih melihat apa yang Tao ambil dengan kameranya ini.
Beberapa saat
hanya ada foto Tao dan dirinya yang mungkin di ambil tanpa sepengetahuan
dirinya, tapi Kris terperanjat saat ada foto Jinni dan Luhan persis sama dengan
yang tersebar di internet.
“Apa ini!?”
Tanpa pikir
panjang Kris beranjak pergi untuk mencari Tao dan dia sudah tahu kemana Tao
berada sekarang.
Kris berjalan
tenang dikoridor rumah sakit mendekati Tao yang tengah berdiri di depan pintu
berkaca ruang ICU sambil memandangi seseorang yang tengah terbaring disana.
“Bagaimana
keadaan ibumu?” tanya Kris setelah tepat berdiri di sebelah Tao.
“Ah hyung,
keadaannya mulai membaik”
“Aku ingin
menanyakan suatu hal padamu, tapi tidak di sini”
Kris berjalan
keluar dan diikuti oleh Tao di belakangnya, Tao belum sadar kalau dari tadi
Kris membawa kameranya.
“Apa maksudnya
ini?” tanya Kris setelah keluar dari rumah sakit sambil menunjukan foto dalam
kameranya.
Tao melebarkan
matanya dan baru sadar kalau dia meninggalkan kameranya di rumah Kris, dan
sekarang Kris mengetahuinya.
“I..itu..aku bisa
menjelaskannya hyung” kata Tao gugup.
“Apa kau yang
mengambil gambar mereka?” tanya Kris menahan amarahnya.
“itu...aku...”
“Apa Jinni yang
menyuruhmu?”Kris kembali bertanya dengan sedikit berteriak.
Tao melirik
sedikit kearah Kris jelas terlihat kalau sekarang dia sangat marah padanya saat
ini atas perbuatannya.
“Ne...hyung”
jawab Tao takut.
“Apa kau sadar
bahwa yang kau lakukan itu bodoh!!!” kali ini Kris benar-benar berteriak.
“Itu karena aku
membutuhkan...uang” bela Tao.
“Uang? Untuk apa?”
“Ibuku harus di
operasi, dan aku sangat membutuhkan uang”
Kris membang
nafasnya kasar, tak habis fikir dengan apa yang dilakukan Tao untuk mendapatkan
uang yang menyebabkan kekacauan besar.
“Lalu kau anggap
apa aku ini, kenapa tak bilang padaku?”
“Kau sudah sering
membantuku hyung”
“Kau sudah
kuanggap adikku sendiri Tao...aah”
“Aku minta maaf
hyung” sesal Tao.
Kris memalingkan
pandangannya kearah lain sembari menahan kekesalannya yang sudah menumpuk. Kemudian
menatap Tao sejenak.
“Cari Jinni dan
bawa kepadaku”
“Tapi...hyung”
Tao merasa sedikit keberatan.
“Kalau kau tak
mau, aku tidak akan pernah memaafkanmu dan kamera ini tak akan pernah kembali
padamu, arraso”
Kris berlalu
pergi meninggalkan Tao yang masih keberatan harus mencari Jinni karna sekarang
dia pun tidak tahu kemana Jinni berada.
.
.
.
TBC
Masih setiakan
menantikan kelanjutan FF q ini ^_^
Kritik dan saran tetap ditunggu, tapi jangan kasih kritik
kalau tidak kasih saran ya… ^_^
Masih qo....hyunki jg d tnggu lnjutannya..hahaha
ReplyDeleteAaaaaa..jini nyebelin bngtz
hyunkinya bentaran ya :D
DeleteOk deh...d tnggu...ngak pke lama y thor..hahajahah
ReplyDelete