Luhan (Oneshot)


Author :  Fujiwara Yumi
Genre : Romance, sad
Main cast : Han Jieun, Luhan, EXO
Other cast : Silahkan di cari ^^

Perhatian!!
Semua FF yang saya buat berdasarkan pemikiran sendiri, inspirasi kebanyakan dari drama atau kehidupan pribadi, No Copy n No Bash.
Jangan bingung saat baca karna q ga kasih Point Of View (POV) tapi q kasih pembatas, dan AWAS!! banyak typo bertebaran. ^^

Happy Reading

Jika Tuhan mengijinkan, aku ingin bertemu denganmu meski hanya satu kali disisa hidupku yang mungkin tak lama lagi.

LUHAN

Nama itu yang selalu terngiang sejak kemunculannya bersama boyband EXO dari SM Entertaiment, aku selalu suka idol dari perusahaan itu tapi kali ini berbeda. Hal sekecil apapun aku ikuti meskipun hanya melalui internet.

Dia yang berada jauh di Seoul sedangkan aku tinggal di Mokpo, meski aku anak dari sebuah keluarga yang berada, tapi bukan berarti aku bisa dengan seenaknya menggunakan uang untuk kesenanganku seperti pergi ke Seoul untuk bertemu dengan Luhan namja pujaanku.

Aku Han Ji Eun gadis berumur 19 tahun yang kurang beruntung karna sejak 1 tahun lalu didiagnosa mengidap sebuah penyakit jantung yang entahlah apa namanya, sebenarnya dokter sering menyebutkan nama penyakit yang kuderita tapi aku tak ingin mengingatnya.

Kadang jantungku berdetak sangat cepat namun juga kadang sangat lambat yang membuatku menjadi sesak nafas dan merasa mual. Pernah waktu itu aku sampai pingsan karena kelelahan mengikuti kegiatan ekstra di sekolahku.

Tapi kadang juga aku berfikir, mungkin ini karena aku terlalu menyukai Luhan. Lucu bukan jika aku berfikir seperti itu, tapi aku berharap benar karena aku akan merasa senang meski sakit didadaku menyerang itu karna aku menyukai Luhan.

Saat penyakitku sedang tidak kambuh, aku seperti orang sehat pada umumnya, aku bisa melakukan hal apapun bahkan wajahku pun tak pucat, tapi aku hanya tidak boleh terlalu lelah. Ayahku juga tak mengijinkan aku melanjutkan pendidikanku  keperguruan tinggi karna dia terlalu mengkhawatirkan keadaanku.

Padahal aku ingin sekali masuk universitas di Seoul selain itu adalah salah satu universitas terbaik, aku juga berharap siapa tahu aku bisa bertemu dengan idolaku meski sepertinya sangat sulit. Dan dari begitu banyak idola yang ada di Korea aku hanya ingin satu.

Aku hanya ingin bertemu dengan Luhan.

#

“Han ji eun…”

Setiap pagi ommaku selalu berteriak memanggilku untuk pergi sarapan dengannya juga ayahku. Aku anak satu-satunya di keluarga ini, jadi jika aku mati siapa yang akan menemani kedua orang tuaku saat menjelang senja di usia mereka.

Itu yang kadang terlintas dalam fikiranku, tapi apakah penyakitku ini bisa di sembuhkan?

Entahlah, aku berharap bisa hidup dengan normal dan sehat agar aku bisa melihat senyum bahagia kedua orang tuaku.

Aku duduk di ruang makan bersama ayahku sedang ibuku masih menyiapkan makanan untuk sarapan ke atas meja, dan tak lupa omma memberikanku obat yang setiap hari selama satu tahun ini aku konsumsi.

Sebenarnya aku bosan terus meminum obat tapi omma akan sangat memarahiku jika aku tak meminumnya, aku ingin obat lain yang mungkin lebih enak atau bagaimana agar jantungku berdetak normal tapi memang ada obat yang terasa enak.

“Ji eun”

Di tengah-tengah sarapan, ayahku seperti akan berebicara serius pada ku. Entah mengapa tiba-tiba aku jadi sedikit tegang, padahal ayahku belum bicara apa-apa, aku takut yang ia bicarakan adalah masalah penyakitku.

“Ne appa”

“Begini, appa kemarin diberi surat pindah dari kantor”

“Pindah?”

“Eoh, jadi kita juga harus pindah dari sini, apa kau mau?”

“Appa di pindahkan kemana?”

“Ke Seoul”

Ketegangan dihatiku hilang begitu saja, diperutku serasa ada beribu kupu-kupu yang menggelitik. Meski aku tak bisa melanjutkan pendidikanku, tapi aku akan pindah keSeoul.

“Jinja?”

Ekpresiku saat ini sedikit berlebihan, sampai kedua orang tuaku heran melihatku karna aku benar-benar senang jika harus pindah ke Seoul.

Omma sampai tak bisa diam dan terus bertanya kenapa aku bisa segembira ini, padahal ayah juga menjelaskan kalau di Seoul nanti aku bisa berobat di rumah sakit Seoul yang perawatan juga dokternya lebih baik dari pada di sini.

Kenapa ayah dan ibu heran aku masih sanagt gembira setelah ayah mengatkan itu yang notabenenya aku sangat tidak suka rumah sakit, dokter dan sebagainya yang berhubungan dengan itu.

Itu Karena peluangku untuk bertemu dengan Luhan namja tercantik di EXO kemungkinan masih sangat besar meskipun sulit, apa aku terlalu berlebihan? Ini kana aku sangat gembira.

“Memang kapan kita akan pindah appa?” tanyaku.

“Besok Lusa” jawab ayah singkat.

“Mwo?” kini aku berbalik kaget, kenapa secepat itu?

Tapi bukankah lebih baik, aku juga akan lebih cepat bertemu dengan Luhan, tapi tunggu dulu aku akan pindah bukan hanya pergi satu atau dua hari dan aku belum memberi tahu teman-temanku.

“Kenapa sekarang kau malah sekaget itu?” tanya omma.

“Omma, aku belum memberitahu teman-temanku”

Omma menghela nafas kemudian tersenyum dan mengelus rambut panjang milikku, omma juga mengatkan kalau teman-temanku pasti akan mengerti dengan keadaan ini.

“Apa mereka akan mengerti karna penyakitku?” aku kesal dengan penjelasan omma.

“Aku tidak suka omma, apa karna mereka kasihan padaku?” lanjutku sebelum omma menjawab.

“Ani…bukan begitu maksud omma, mereka pasti akan kepindahanmu yang mendadak karna pekerjaan ayahmu”

Aku tahu omma hanya mencoba menenangkanku, aku juga tak ingin terus membuat sedih orang tuaku, ku tahu kalau semua ini di lakukan mereka demi kebaikanku.

“Sudah, habiskan makanmu setelah ini, temui teman-temanmu” lanjut omma.

Aku hanya mengangguk kemudian menghabiskan makananku juga tak lupa meminum obat ku.

#

“MWO???”

Dua yeoja di hadapanku serempak berteriak di depan mukaku setelah aku menjelaskan kalau lusa aku akan pindah ke Seoul karna pekerjaan ayahku.

Ya aku tahu mereka pasti sangat kaget dengan kepindahanku yang tiba-tiba, aku pun sebenarnya sangat sedih jika harus meninggalkan kota kelahiranku juga tempatku di besarkan serta meninggalkan teman-teman baikku.

“Ya…kenapa berteriak, appa juga baru memberi tahuku tadi pagi”

“Ya, bukankah itu adalah berita bagus Jieun-ah” kata-kata temanku yang bernama Nana membuat keningku berkerut.

“Benar, bukan kah itu keinginanmu dari dulu” tambah Ra im temanku yang satunya lagi.

Aku menghela nafas sebentar sambil memejamkan mataku, benar apa yang mereka katakan tapi aku tak menyangka kalau merekan akan sangat mendukungku, yang ada dalam fikiran ku mereka akan sedih dengan kepindahanku.

“Apa kalian benar-benar senang jika aku pindah dari sini?” tanyaku.

“Of course” jawab mereka serempak.

“Ya…kalian tidak sedih jika aku pergi”

Aku berteriak sambil berdiri daru dudukku, aku kesal dengan kedua temanku yang sepertinya tak merasa sedih sama sekali. Ku lihat mereka saling berpandangan kemudian melihat kearahku.

“Jieun-ah, tentu kami sedih, bukankah Seoul masih di Korea?” kata Raim dan aku hanya mengangguk.

“Kami bisa kesana untuk bertemu denganmu” lanjut Nana yang membuatku berfikir lagi.

Benar apa yang mereka katakan, bahkan mereka sering sekali pergi ke Seoul untuk meihat konser idola mereka dan tak pernah mengajakku sama sekali.

“Ah benar juga, lagi pula kalian memang sering pergi ke Seoul tanpa mengajakku”

“Kalau ibumu mengijinkan, kami pasti sudah mengajakku Jieun-ah”

Aku hanya memutar bola mataku malas, mereka bilang omma yang tak menijinkan, padahal mereka belum pernah langsung mengajakku.

“Ya terserah kau saja, lusa aku akan pergi dan alamat rumahku yang baru akan kukirimkan, awas saja kalau kalian tidak mengunjungiku” ancamku pada kedua temanku.

kami tertawa bersama dan bercanda sepuas hati untuk hari ini, mereka adalah teman-teman yang baik yang selalu ada saat susah maupun senang, bahkan ketika aku jatuh sakit mereka akan selalu mengkhawatirkanku dan belum tentu saat di Seoul nanti aku bisa mendapatkan teman sebaik mereka.

#

Hari kepindahanku akhirnya tiba, di bulan April aku dan keluargaku pindah ke Seoul, tentu aku senang tapi juga sedih karna meninggalkan kota kelahiranku juga teman-teman dekatku.

“Ya, kenapa kalian menangis”

Aku memandang kedua temanku yang tengah menangis karna hari ini aku berangkat, aku sudah melarang mereka untuk menangis tapi masih tetap saja tak mau berhenti dan itu membuatku juga ikut meneteskan airmata.

“Sudah-sudah, kalian berdua masih bisa mengunjungi Jieun dan Jieun juga pasti akan mengunjungi kalian kesini”

Omma mencoba menenangkan kami bertiga yang tengah menangis, dan kami juga tak bisa terus seperti ini karna masih ada waktu untuk bertemu, aku juga sangat berharap masih bia bertemu dengan mereka lagi.

Sebelum aku dan kedua orang tuaku pergi Nana memberiku sebuah kertas, ya lebih tepatnya sebuah tiket acara music. Setelah kulihat ternyata tiket showcase EXO yang akan di adakan tanggal 15 april nanti.

Aku terharu mendapatkan ini dari temanku, mereka sangat perhatian meski aku mampu untuk membeli tiket ini tapi aku tetap berterima kasih itu tandanya mereka kali ini mengajakku karna mereka tau aku sangat menyukai EXO terutama Luhan. Aku merasa sangat senang dan langsung berhambur kepelukan mereka.

“Gumawo, nanti akan kukirimkan alamat rumah ku, sekarang aku pergi dulu, anyong”

Aku melepaskan pelukanku sembari melambaikan tanganku saat mobil yang membawaku pergi mulai berjalan menuju bandara.

Hanya beberapa jam saja aku sudah sampai di Seoul, kota yang sangat ramai tentunya dan membuatku semakin penasaran apakah aku bisa bertemu idolaku di tempat yang luas juga ramai di kota ini.

Entahlah, sekarang aku masih menikmati rumah baruku yang sangat nyaman bahkan ini terlihat ebih mewah dari rumahku di mokpo, ya ayahku di angkat menjadi manager dan di tugaskan kesini. Tak heran jika ia membeli rumah sebagus ini.

Kamarku berada di lantai atas, dengan ranjang yang tak terlalu besar dengan perabotan yang bernuansa hitam putih warna kesukaanku. Setelah selesai membenahi barang-barangku juga semua bajuku, aku bersiap menempelkan beberapa poster EXO juga poster luhan dididing seperti kamarku dulu.

Puk…puk…

Aku menepuk tanganku kemudian berkacak pinggang sambil memandangi salah satu poster Luhan yang terlihan tampan namun juga cantik.

“Aku akan segera bertemu denganmu Luhan” gumamku sambil tersenyum.

#

Sudah satu minggu setelah kepindahanku tapi aku tak di ijinkan kemana-mana kecuali pergi kerumah sakit untuk control kesehatan jantungku.

Bukan tak hanya bosan tapi sangat bosan, dan hari ini aku berencana pergi sendiri ke rumah sakit dan kemudian aku akan pergi jalan-jalan sebentar.

“Omma, hari ini aku pergi kerumah sakit sendiri ya” Aku mencoba merayu omma agar diijinkan pergi ke rumah sakit sendiri.

“Ya Jieun-ah…”

“Omma please…” Aku bergelayut manja dilengan omma sembari menangkupkan kedua telapak tanganku memohon.

“Ne…ne…baiklah tapi setelah dari rumah sakit langsung pulang, arraso”

“Ne…”

Cup. Aku mengecup pipi omma sebelum pergi dan sedikit berlari sambil melambaikan tangan keluar rumah. Dan aku harus berjalan beberapa meter agar sampai ke halte dekat tempat tinggalku.

Tak berapa lama bus yang aku tunggu datang dan kulihat tak banyak penumpang didalam. Sampai dirumah sakit aku langsung menuju ruang dokter spesialis jantungku.

“Annyonghaseyo, dokter Lee” aku menyapa dokter wanita yang sudah setengah baya di hadapanku.

“Oh Jieun, kau datang sendiri?”

“Ne” jawabku sambil mengangguk.

Dokter Lee langsung menyuruhku berbaring diranjang dengan menempelkan beberapa kabel didadaku yang terhubung ke monitor pendeteksi dentak jantung, aku bisa melihat grafis di layar monitor itu tapi aku tak mengerti.

Aku hanya bisa menyimpulkan dari raut wajah dokter Lee, sepertinya tidak terlalu baik atau mungkin saja sangat buruk, aku hanya bisa tersenyum kecut sadar kalau jantungku tak akan semakin baik meski setiap hari aku mengkonsumsi obat.

“Apa semakin buruk dok?” aku bertanya sambil tersenyum.

Dokter Lee menatapku sejenak lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, bohong. Aku tahu dia berbohong tentang keadaanku sekarang.

Apa orang yang bersangkutan langsung tak boleh mengetahui keadaan yang sebenarnya? Hanya kepada omma dan appa dokter menceritakan keadaanku, tidak di mokpo atau pun di seoul selalu seperti itu.

Setelah menjalani beberapa terapi, aku akhirnya berpamitan kepada dokter Lee dan aku tidak langsung pulang tapi seperti rencana awalku, aku pergi berjalan-jalan sebentar meski aku tidak terlalu mengerti kota ini.

Entahlah aku berjalan sampai mana ini yang pasti aku sekarang berdiri didepan café kopi yang tak terlalu ramai, dulu aku sangat menyukai kopi tapi setelah penyakit itu datang aku dilarang meminumnya.

Tapi sekarang kesempatanku untuk membeli kopi karna aku tidak sedang bersama omma, saat akan masuk kedalam café, ponselku yang berada didalam tas bordering dan itu pasti omma.

Karna didalam tasku terdapat banyak barang termasuk buku diary, aku harus mengambil buku itu sebelum aku bisa mengambil ponselku.

Seperti dugaanku benar jika itu omma, aku mengeser tombol hijau yang terdapat dilayar kemudian menjawab telepon dari omma dengan sedikit berbohong kalau pemeriksaanku belum selesai.

Jika tak seperti ini maka aku tidak akan pernah ada kesempatan untuk keluar rumah, ku masukkan ponselku kedalam tas tapi tiba-tiba seseorang menabrakku dari belakang dan buku diaryku terjatuh.

Bbrukkk…

“Auw” pekikku karna aku ikut terjatuh.

“Ah maaf Agassi, kwencanayo?” tanya seorang namja yang tadi menabrakku sambil mengulurkan tangannya.

Aku masih sibukk mengambil bukuku dan mengelus sikuku yang sedikit lecet karna terjatuh dan kemudian aku mendongakkan wajahku, melihat siapa yang menabrak juga yang mengulurkan tangannya membuatku melebarkan mata juga mulutku.

“Ah Lu…han” kataku terbata.

Aku yakin namja dihadapanku benar-benar Luhan meski dia tak mengiyakan, dan tiba-tiba dia menarik tanganku dan membawaku masuk kedalam café yang memng sepi itu dan duduk di bangku yang tertutup tirai dan tak terlihat dari luar. Aku masih bingung mengapa dia menarikku kesini

“Kau Luhan EXO kan?” tanyaku setelah sekian lama diam.

Namja ini hanya tersenyum dan menerutku itu adalah jawaban iya darinya, aku menutupi mulutku yang menganga lebar karna tak percaya aku bertemu dengan idolaku dengan keadaan seperti ini.

“Kalau begitu, bolehkah aku meminta tanda tanganmu?” aku tak menyia-nyiakan kesempatanku untuk meminta tanda tangannya.

Aku mengobrak abrik barang didalam tasku untuk tempat tanda tangan Luhan, dan kemudian ku ambil buku diaryku dan kuserahkan kepadanya agar dia memberikan tanda tangannya.

“Lalu kenapa kau menarikku tadi?” tanyaku polos setelah Luhan memberikan tanda tangannya.

“Ah itu, miane tadi ada beberapa orang mengikutiku jadi aku sedikit berlari dan menabrakmu dan orang-orang tadi masih mengikutiku jadi kutarik saja kau kedalam” terangnya.

“Ah begitu”

“Tapi kau terlihat pucat, apa benar kau tidak apa-apa?” tanya Luhan lagi.

“Ne, aku tidak apa-apa”

Aku hanya menjawab singkat karna aku merasa gugup berhadap-hadapan seperti ini dengan Luhan, dan tak kusangka dia sangat ramah. Tapi sepertinya tak terlalu baik jika aku berlama-lama disini, aku takut ada orang tahu dan mengambil foto kami.

Tentu itu akan tidak baik untuk Luhan, meski hatiku masih ingin berlama-lama dengannya. Tapi aku hanya seorang fans yang tetap harus menjaga jarak dengannya.

“Kalau begitu opp…ah aku boleh menanggilmu oppa kan?” aku bertanya hati-hati.

“Ne tentu saja” jawabnya dengan tersenyum dan membuatku sangat senang.

“Oppa, aku akan pergi dulu, aku takut fansmu yang lain mengetahui ini dan akan mengira yang bukan-bukan”

“Ah ne, tapi kau benar-benar tidak apa?”

“Ne, aku tidak apa-apa, oh ya oppa aku juga akan melihat comeback kalian jadi semangat oppa”

Luhan sekali lagi tersenyum, bahkan sampai memamerkan giginya yang terjejer rapi, sungguh manis sekali. Dalam hati aku bersorak bahwa impianku selama ini tercapai.

Sesampainya dirumah appa dan omma melihatku dengan bingung karna setelah aku pulang, senyum di bibirku tak pernah hilang. Sampai hari dimana EXO comeback pun aku kadang tersenyum sendiri jika mengingat pertemuan tak terdugaku bersama Luhan.

Kedua temanku yang jauh-jauh datang dari mokpo juga bingung melihatku yang kadang tersenyum sendiri, mungkin dalam pikiran mereka aku sudah gila.

Memang mungkin benar jika aku gila, gila karna Luhan yang tak sengaja beretmu denganku bahkan menarik tanganku juga duduk berhadapan dengannya.

“Ya Jieun-ah, apa penyakitmu bertambah?” pertanyaan dari Nana membuyarkan lamunanku.

“Sepertinya begitu” jawabku santai.

“Oh jinja” Raim terlihat frustasi dengan jawabanku.

“Kalian tahu seminggu yang lalu aku bertemu dengan Luhan” aku bercerita dengan mata berbinar-binar.

“Chongmal?” mereka serempak mengatakannya dengan suara yang cukup nyaring dan membuat beberapa orang di sekitar kami menoleh kearah kami.

“Ya, pelankan suara kalian” kataku.

Mereka sepertinya tidak sadar berada dimana, sekarang kami berada di jamsil stadion dimana EXO akan mengadakan showcase comebacknya malam ini dan disini sudah di penuhi dengan banyak gadis yang memenuhi bangku-bangku penonton.

“Aku benar-benar bertemu dengannya didepan café dan aku juga meminta tanda tangnnya” lanjutku sambil menunjukkan tanda tangannya dalam diary ku.

Mereka hanya bisa terpana setelah aku menunjukkan tanda tangan Luhan. Dan ketidak percayaan mereka baru berakhir saat acara dimulai.

Mereka sangat keren apalagi saat menyanyikan lagu joha-joha rasanya aku ingin menangis, ternyata seperti ini menonton penampilan Exo secara langsung dan saat mereka konser nanti aku juga pasti akan melihatnya.

Beberapa hal menyenangka terjadi setelah aku di Seoul, bertemu dengan Luhan dan melihat penampilannya tapi setelah ini apa aku masih bisa melihatnya bernyanyi diatas panggung? Entahlah.

#

Ji eun sudah hampir 4 hari berada dirumah sakit sejak pagi dimana Jieun merasa dadanya sesak dan jantungnya berdenyut sangat cepat, karna malamnya Jieun tidur telalu malam setelah melihat comeback EXO.

Kedua orang tuanya menjadi lebih ketat menjaganya dan melarang dia pergi keluar terlalu lama, dan sekarang lagi-lagi Jieun merasa bosan, dia merasa sudah sangat sehat namun belum boleh diijinkan pulang bahkan selang infuse pun sudah tak menancap pada tangannya.

Jieun merasa sekarang rumahnya sudah pindah kerumah sakit ini. Untuk menghilangkan rasa bosannya, jieun berjalan-jalan kesekeliling rumah sakit dan tak sengaja  dia melihat seorang namja idolanya Luhan.

‘apa yang ia lakukan disini’ fikir Jieun.

Jieun menghela nafas sejenak kemudian melangkahkan kakinya keruang tunggu setelah Luhan masuk kesalah satu ruangan. Bukan dia menunggunya tapi Jieun hanya ingin duduk disana.

Lagi pula bagi Jieun bertemu sekali dengan Luhan sudah cukup, dia hanya seorang fans yang tak berhak mendapatkan hal lebih dari idolanya.

Jieun melihat sekeliling, rumah sakit ini mengapa tak terlalu ramai membuatnya semakin merasa kesepian. Saat Jieun melihat kearah samping kanannya di sedikit terkejut karna Luhan baru akan duduk di sampingnya.

“Oh, annyeonghaseyo” sapa Jieun sambil membungkukkan badannya dan dibalas juga oleh Luhan.

“Kau, bukankah gadis waktu itu?” tanya Luhan.

Tak disangka kalau Luhan masih mengingatnya, itu membuat bunga didalam hatinya mekar. Jieun juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya dan membuatnya terus tersenyum.

“Ne” jawabku singkat sambil tersenyum. Luhan sepertinya memperhatikan penampilan Jieun yang memakai pakaian rumahsakit.

“Apa kau sakit?” tanya Luhan.

“Ya, ada sedikit gangguan dalam tubuhku” jawab Jieun sambil bergurau.

“Penampilanmu kemarin sangat keren oppa” lanjut Jieun untuk mengalihkan agar Luhan tak bertanya lebih tentang keadaannya.

 “Ah gumawo, apa aku boleh tahu namamu?”

Jieun semakin tak bisa mengontrol senyumnya, karna Luhan menanyakan namanya sekarang. Mungkin ini adalah sebuah takdir yang di tulis Tuhan untuknya bertemu Luhan lebih dari satu kali dan mengenalnya lebih dekat.

“Nama ku Jieun, Han Jieun”

“Oppa, kenapa ada di sini? Apa kau sakit?” tanyaku.

“Aku tak sengaja memakan seefood jadi alergiku kambuh” jawabnya.

Dikemudian hari Luhan dan Jieun menjadi sering bertemu dan tentunya dirumah sakit karna sejak itu Jieun belum kembali kerumahnya yang sudah satu bulan lebih tak ia lihat.

Keadaannya memang semakin parah tapi Jieun selalu tak mau menjawab bagaimana sebenarnya keadaan Jieun saat Luhan bertanya.

“Jieun-ah, saat konser EXO nanti apa kau bisa datang?” tanya Luhan sembari membukakan tutup botol susu dan menyerahkan pada Jieun.

“Gumawo, entahlah oppa jika omma mengijinkan aku ingin sekali datang”

Luhan terlihat sedikit kecewa dengan jawaban Jieun yang belum pasti apakah dia bisa datang atau tidak karna keadaannya yang memungkinkan tidak mendapat ijin dari orang tuanya. Tapi Luhan sangat menantikan kehadiran Jieun saat konsernya nanti.

Hari pertama, Luhan dan juga semua member EXO perform dengan sangat baik dan Jieun juga tidak datang.

Hari kedua, Jieun juga tak datang dan Luhan terus mencarinya dengan melihat kesemua bangku penonton.

Hari terakhir, saat performnya bersama para member dan mengelilingi panggung Luhan menggunakan kesempatan itu untuk mencari Jieun dan saat berhenti di tengah-tengah Luhan melihatnya duduk di bangku penonton bersama ibu dan tema-temannya.

Luhan melempar senyum padanya yang tentu dibalas dengan Jieun. Kehadiran Jieun membuat semangat Luhan bertambah namun saat konser akan berakhir, Jieun, ibunya juga teman-temannya sudah tak terlihat lagi.

Konser telah selesai dan Luhan mendapat libur beberapa hari, dan itu digunakannya untuk melihat Jieun. Apa yang ia lihat saat ini membuat hati Luhan terasa sakit, Jieun terbaring lemah dan tak hanya selang infuse yang tertancap di tanagnnya tapi juga selang oksigen juga kabel yang menempel di tubuhnya.

“Jieun-ah” panggil Luhan pelan.

Jieun mencoba mengukir senyum di bibir pucatnya. Luhan berjalan mendekat kearah ranjang Jieun, omma keluar ruangan seakan tahu kalau mereka butuh waktu bicara.

“Oppa, miane aku tak bisa melihat penampilanmu sampai selesai” kata Jieun lemah.

“Kenapa kau tak pernah mau jujur Jieun-ah”

“Aku tidak apa-apa oppa”

“tidak apa-apa bagaimana, kau…” Luhan merasa telah habis kata-kata untuk menjelaskan apa yang ia lihat saat ini.

Luhan duduk di samping ranjang Jieun sambil menggenggam tangannya, Jieun kaget mendapat perlakuan seperti ini dari Luhan yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan.

“Aku ingin kau sembuh Jieun-ah” matanya menatap Jieun sayu. Jieun hanya mengangguk.

“Jieun, besok aku kan berangkat ke cina untuk melanjutkan konser asiaku” cerita Luhan.

“Jadi, maukah kau menungguku sampai kembali?” lanjut Luhan.

“Ne oppa, aku akan menunggumu kembali” jawab Jieun sambil mengangguk.

#

Luhan berlari memasuki lobi rumah sakit dan menuju keruangan dimana Jieun dirawat, tapi kamar itu terlihat rapi tanpa penghuni. Luhan bingung dan mencoba bertanya kepada petugas rumah sakit.

Sebelum bertanya terlihat seorang dokter perempuan setengah baya mendekatinya dan menyerahkan sebuah buku kecil bersampul kotak-kotak hitam putih seperti papan catur.

“Kau Luhan bukan? Ini ada titipan untukmu” kata dokter tersebut yang tak lain adalah dokter Lee yang merawat Jieun.

“ini…diary Jieun?” tanya Luhan dan dokter Lee hanya mengangguk.

Luhan mulai membuka diary yang diterimanya didalam mobil bersama xiumin yang menemaninya.

1 Mei 2014
Hari ini aku bertemu Luhan!!
Aaahhhhh aku senang sekali, tak disangka kepindahan ku ke Seoul tak siasia, dan apakah lain waktu kau bisa bertemu dengannya lagi?
Hemmm ku harap begitu.

Luhan membuka lembar berikutnya.

15 Mei 2014
Comeback EXO JJang!!!
Luhan oppa….kenapa kau keren sekali, aku benar-benar beruntung pernah bertemu denganmu. Tetap semangat dan lanjutkan kerja kerasmu, aku akn melihat penampilanmu selanjutnya. ^^

20 Mei 2014
Oppa, aku tak menyangka kita bisa sedekat ini, apakah ini mimpi?
Ah kurasa tidak, rasa sakit didadaku sangat nyata, kau tahu oppa ini sangat sakit tapi saat kau ada di dekatku rasa sakit ini tiba-tiba menghilang.

Air mata Luhan seakan ingin keluar setelah membaca isi diary Jieun tak begitu menarik memang karna itu hanya curahan hati biasa tapi itu berhasil membuat Luhan merasakan kerinduan akan senyum indah gadis itu.

Luhan berjalan mendekati gundukan tanah yang baru ada 2 hari lalu saat Luhan pergi ke cina, rumah baru gadis yang beberapa minggu terakhir ini dekat dengannya, gadis yang belum sepenuhnya ia kenal. Han Ji eun, nama yang tertulis bedar dengan huruf Hangeul di batu nisan yang didepannya telah berdiri Luhan yang memakai pakaian serta kaca mata hitam denga menggenggam seikat bunga lili kesukaan Jieun.

30 Mei 2014
Oppa…Luhan oppa…
Hem aku merasa lucu bisa memanggilmu dengan seperti itu bahkan kau juga menjawabnya.
Oppa, apa kau tahu?
Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, saat kau berada di dekatku tertawa bersamaku, dunia ini terasa normal bahkan detak jantungku berdetak dengan normal.
Oppa, miane aku tak bisa menunggumu lebih lama lagi, tapi aku akan tetap mencintaimu sampai aku mati bahkan sampai setelahnya.
Aku berharap oppa mendapatkan apa yang kau inginkan juga gadis yang kau inginkan, aku hanya penggemarmu dan k au adalah bintangku. Dan bintang akan terlihat indah jika dilihat dari jauh, aku masih ingin melihatmu sebagai bintangku maka aku yang menjauh darimu dan melihatmu dari sini.
Aku ingin kau tetap bersinar oppa.
Oppa gumawo, sarahanda
Han ji eun

Xiumin menutup diary milik Jieun setelah Luhan membacanya, xiumin hanya bisa menepuk-nepuk punggung Luhan yang bergetar karna tak bisa menahan airmatanya saat mengingat tulisan terakhir Jieun untuknya.

“Han Jieun, saranghae”

.
.
.
END
Maaf kalo gaje ini oneshoot pertama ku ^^
Kritik dan saran tetap ditunggu, tapi jangan kasih kritik kalau tidak kasih saran ya…

Comments

Youre Still My Wife

You’re Still My Wife( part 11)

You’re Still My Wife( part 6)

He’s Your Son (5/?)