He’s Your Son (4/?)


Author :  Fujiwara Yumi
Genre : Ga tau ini Genrenya apa :D
Main cast : Song Eun Hee, Luhan, Song Hyun Ki, Kim Joong In, Kim Jongdae (chen)
Other cast : Silahkan di cari sendiri ^^

Perhatian!!
Semua FF yang saya buat berdasarkan pemikiran sendiri, inspirasi kebanyakan dari drama atau kehidupan pribadi, No Copy n No Bash.
Jangan bingung saat baca karna q ga kasih Point Of View (POV) tapi q kasih pembatas, dan AWAS!! banyak typo bertebaran. ^^

Happy Reading
“Apa kau selalu mengingat bagian akhir setiap kau meniduri wanita?”

“Apa maksud mu?, aku hanya sekali tidur dengan wanita dan itu kau”

Pertengkaran sengit yang terjadi antara Eunhee dan Luhan membuat mereka tak sadar kalau ada orang lain yang sedang mendengarkan pertengkaran mereka.

“Jadi kau orang itu?”

BUG

Satu pukulan keras mendarat di wajah Luhan dan membuat tubuhnya terhuyung kebelakang karna tak siap menerima pukulan tersebut.

“Jongin-ah...” Eunhee setengah menjerit.

BUG

“Kau tak tahu bagaimana menderitanya kakakku hah!!”

Jongin tak bisa menahan amarahnya mengetahui kalau ternyata Luhan yang telah meniduri kakaknya dan tak bertanggung jawab atas perbuatannya, dan Jongin juga tak memeperdulikan kalau yang sedang ia pukul ini adalah managernya.

Jongin hanya meluapkan rasa kesalnya terhadap Luhan yang sudah membuat hidup Eunhee dan Hyunki menderita.

Luhan mencoba bangun dan memposisikan tubuhnya seperti semula tapi Jongin terus memukulinya berulang-ulang.

“Jongin hentikan...” pekik Eunhee.
Jongin bersiap mendaratkan pukulan lagi di wajah Luhan namun Eunhee menghalangi Jongin dengan berdiri di depannya.

“Jongin, sudah hentikan” tahan Eunhee.

“Kau…pergilah” usir Eunhee pada Luhan yang masih terkulai lemas karna pukulan dari Jongin yang bertubui-tubi tanpa ampun sampai hidung dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Luhan tahu situasinya sekarang menjadi tidak baik jika dia tetap bertahan disana dan berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Eunhee, sementara Jongin sudah terlanjur marah padanya.

Luhan berjalan tertatih menjauh dari kedai Eunhee sambil mengusap darah yang keluar dari hidung dan bibirnya, wajah tampannya kini berhias warna biru lebam dan menyedihkan.

Sampai di apartemennya Luhan mengompres dan mengobati sendiri luka pada wajahnya dan tentu saja besok dia tidak bisa pergi kekantor dengan wajah seperti ini.

Luhan meraih ponselnya dan mengetik pesan singkat untuk sekretarisnya bahwa besok dia tak bisa pergi kekantor.


#

Sudah 3 hari Luhan tak menampakkan dirinya dikantor yang menjadi pembicaraan para karyawannya karna setiap kali mereka ingin menjenguk selalu di tolak oleh Luhan. Begitu juga Sehun yang penasaran ada apa dengan managernya dan setiap kali bertanya pada Jongin, Jongin selalu menghindari pertanyaan Sehun.

“Jongin-ah, sepertinya bukan hanya manager Lu yang bersikap aneh tapi juga kau, yang tak ingin menjawab pertanyanku” kata Sehun saat berjalan bersama Jongin menuju kantin untuk makan siang.

“Apa maksudmu, pertanyaan yang mana?”

“Kau bahkan pura-pura lupa, aku menanyakannya setiap waktu, ada apa dengan manager Lu?”

“Sehun, aku tak tahu ada apa dengannya” Jongin menjawab malas.

“Benarkah? Kau juga bersikap biasa saja saat mendengar manager tidak masuk kantor bahkan saat dia menolak untuk di jenguk, apa kau tahu sesuatu? Atau mungkin ada sesuatu antara kalian berdua?”

Sehun terus mendesak Jongin agar berkata jujur karna Sehun yakin kalau Jongin tahu sesuatu tentang keadaan managernya. Jongin menghentikan langkahnya kemudia menatap Sehun tajam, Jongin sungguh tak berminat menjawab pertanyaan Sehun.

Karna dia tahu penyebab managernya tidak masuk, tapi sebenarnya Jongin juga merasa khawatir dan bertanya apakah karna pukulannya Luhan terluka parah sampai berhari-hari tidak masuk ke kantor.

“Baiklah Sehun, memang terjadi sesuatu antara aku dan dia, tapi aku tak bisa menjelaskannya padamu” terang Jongin.

“Mwo? Wae? Bukankah kita sahabat?” portes Sehun.

“Aku tahu, tapi ini masalahnya berbeda, mianae”

Jongin melangkah pergi meninggalkan Sehun yang masih berdiri mematung tak mengerti kenapa Jongin tak mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya.

“Ya, Jongin tunggu”

#

Di kedai Eunhee terlihat hyunki tengah duduk dengan wajah bosan sambil memperhatikan ibunya yang sibuk melayani pelanggan yang datang.

Tak lama kemudian Jongin datang dan menyadari kalau keponakannya hanya duduk dengan wajah cemberut dan sesekali menggembungkan pipinya tanda kalau dia sedang bosan.

“Hyunki-ah, apa kau bosan?” tanya Jongin sembari mengelus rambut Hyunki dan Hyunki hanya menganggukkan kepalanya.

“Apa kau mau bermain dengan paman?” tanya Jongin lagi.

“Aku ingin paman mainkan ini untukku” jawab Hyunki sembari menyodorkan rubiknya kearah Jongin.

“Tapi paman tidak bisa Hyunki”

Mendengar jawaban Jongin, Hyunki semakin menekuk wajahnya dan membuatnya teringat Luhan yang selalu memainka rubik saat Luhan datang.

“Paman, kenapa Luhan ahjussi tidak pernah kesini lagi?”

Pertanyaan Hyunki yang spontan sontak membuat Eunhee berhenti dari aktifitasnya, memang semenjak kejadian itu Luhan belum menampakkan dirinya.

“Kau kan sudah belajar rubik sendiri kenapa masih menanyakan dia, jika kau bosan pamanmu bisa menemanimu”

Hyunki kaget karna ibunya tiba-tiba marah setelah Hyunki menanyaakan Luhan pada Jongin, melihat Hyunki yang mulai menangis, Jongin mencoba menjelaskannya pelan-pelan.

“Hyunki-ah, mungkin Luhan ahjussi sedang sibuk jadi tidak bisa datang kesini”

“Tapi…kenapa omma harus memarahiku..”

Hyunki berjalan keluar dari kedainya sambil mengusap air matanya, di seberang jalan seseorang tengah memperhatikan apa yang terjadi didalam kedai Eunhee. Hyunki juga tak sengaja melihat kearah orang tersebut.

“Oh, Luhan ahjussi” panggil Hyunki sedikit berteriak.

Seseorang yang sedari tadi ada diseberang jalan memang Luhan yang memperhatikan anaknya juga wanita yang ia rindukan.

Mendengar anaknya memanggil Luhan, Eunhee segera pergi keluar menyusul Hyunki yang seperti hendak mendekat kearah Luhan yang berada di seberang jalan.

Eunhee mencoba mencegah Hyunki tapi anak itu sudah terlanjur berlari dan tak memperhatikan kalau lampu belum berganti merah tanda kendaraan masih ramai lalu lalang.

BBBRRRAAAAKKKKK

“HYUNKI…” teriak Luhan dan Eunhee bersamaan.

Tanpa pikir panjang Luhan langsung berlari kearah Hyunki yang sudah tergeletak di tengah jalan dengan darah mengucur keluar dari hidung dan kepalanya. Di susul Jongin dan juga Eunhee yang sama-sama panik melihat kejadian yang terjadi di depan mata mereka.

Luhan segera mengangkat tubuh Hyunki dan berusaha membangunkannya yang sebenarnya Hyunki memang sudah kehilangan kesadarannya. Eunhee yang mengetahui keadaan anaknya seketika menangis dan terus memanggil namanya.

“Jongin, ambil mobilku di seberang jalan depan kantor, cepat…”

Dalam keadaan seperti ini, masalah yang terjadi sebelumnya dan kecanggungan diantara mereka tak dihiraukan lagi, karna yang terpenting saat ini adalah keselamatan Hyunki.

Jongin mengendarai mobil Luhan dengan kecepatan tinggi dan Luhan terus memeluk tubuh Hyunki yang terus mengeluarkan darah samapi jaket dan kaos yang Luhan kenakan berubah warna, sementara Eunhee duduk di samping Luhan sembari menggenggam tangan Hyunki dan terus menangis.

Sampai di rumah sakit pun Eunhee belum bisa menghentikan tangisannya meski Hyunki sedang dalam penanganan dokter. Eunhee mendekati Luhan yang duduk dihadapannya kemudian menarik kerah jaket Luhan dengan kedua tangannya.

“Semua ini gara-gara kau, jika kau tak datang Hyunki pasti baik-baik saja”

Eunhee menumpahkan amarah dan sedihnya pada Luhan sambil memukul-mukul dada Luhan, Luhan mencoba menahan tangan Eunhee meskipun Eunhee masih terus mencoba memukulnya. Kemudian menariknya dalam pelukannya, Eunhee bisa tenang sejenak dalam pelukan Luhan tapi sesaat kemudian Eunhee mendorong tubuh Luhan agar menjauh darinya.

“Jika aku tak pernah beremu denganmu, hidupku tak akan seperti ini Luhan”

Suara Eunhee menggema di lorong unit gawat darurat rumah sakit dan itu tentu saja mengganggu pasien lain karna ini hampir tengah malam.

“Noona, tenanglah ini dirumah sakit”

Jongin mencoba menenangkan Eunhee kemudian mendudukkannya kembali sambil merangkulnya, dan tak lama berselang seorang suster keluar dari ruang operasi dengan sedikit panik.

“Maaf apakah kalian keluarga pasien?” tanya sang suster.

“Ya, aku ibunya” jawab Eunhee ambil berdiri.

“pasien terlalu banyak kehilangan darah, dan kami membutuhkan donor untuknya”

“Aku saja suster, aku ibunya”

“Baiklah golongan darahnya O”

“Golongan darahnya O?” Eunhee mengerutkan keningnya, dia tidak tahu golongan darah Hyunki yang ternyata berbeda dengannya.

“Saya ayahnya, dan golongan darahku O”

Eunhee dan jongin bersamaan melihat kearah Luhan yang yakin mengakui kalau dia ayah Hyunki, padahal selama ini Eunhee masih membungkam mulutnya tentang hal itu.

“Silahkan ikut saya tuan”

Tubuh Luhan hilang di balik pintu dan Eunhee belum mengedipkan matanya, sementara Jongin sudah beralih menatap Eunhee yang diam dan tak mencegah Luhan yang akan mendonorkan darahnya untuk Hyunki.

#

Eunhee perlahan meletakkan kepalanya di atas ranjang Hyunki karna matanya mulai lelah kemudian meletakan tangan mungil Hyunki ke atas wajahnya.

Apa yang terjadi pada Hyunki membuatnya hampir kehilangan anak satu-satunya itu karna kehabisan darah. Dalam hati Eunhee berterima kasih pada Luhan yang telah mendonorkan darahnya untuk Hyunki.

Eunhee melirik Luhan yang memejamkan matanya diatas sofa dengan wajah yang masih pucat setelah mendonorkan darahnya untuk Hyunki.

Sebenci apapun Eunhee pada Luhan, dia tetap ayah dari anaknya karna bukan sepenuhnya salah Luhan yang menjadikan Eunhee melahirkan Hyunki tanpa ayah, tapi karna dia juga lari setelah Luhan menghamilinya.

Eunhee meletakkan selembar kain untuk menyelimuti tubuh Luhan, ada sedikit rasa yang entah bagaimana melihat Luhan tidur dengan pakaian yang masih bersimbah darah tapi dia juga enggan membangunkannya.

“Heemmm...kenapa kau harus muncul lagi” gumam Eunhee.

“Karna aku memang mencarimu”

Perkataan Luhan membuat Eunhee menghentikan langkanya yang baru saja akan pergi setelah menyelimuti Luhan, namun ternyata Luhan tidak benar-benar tidur.

“Mencariku? Untuk apa?”

“Setelah malam itu, kau menghilang begitu saja apa kau tahu bagaimana aku mencarimu?”

“Bukankah kau yang menyuruhku pergi?”

“Kalau aku yang menyuruhmu pergi untuk apa aku mencarimu samapai saat ini”

Luhan mengingat kembali apa yang terjadi malam itu sampai Eunhee mengira dia yang menyuruhnya pergi, dan mulut Luhan sedikit terbuka ketika mengingat dia menaruh uang diatas bantal.

“Kau salah paham Eunhee”

Flashback

Luhan mulai mengerjapkan matanya karna sinar matahari mengenai wajahnya, sedikit merenggangkan otot tubuhnya kemudian berbalik kearah samping temat tidurnya.

Luhan tersenyum melihat wajah polos Eunhee yang masih tertidur, sudah sejak lama Luhan ingin melihat dari dekat wajah gadis ini, tapi semalam Luhan sudah membuatnya meninggalkan gelar kegadisannya.

“Bukan dengan cara seperti ini yang aku inginkan sebenarnya, tapi aku melakukannya diluar kendaliku” kata Luhan sembari mengelus pipi Eunhee.

Luhan mengecup sesaat kening Eunhee kemudian bangkit dan mengambil ponselnya di atas meja namun tangannya tak sengaja menyenggol botol minuman yang semalan di bawa Eunhee sampai akhirnya menumpahi celana Luhan yang tergeletak di lantai.

“Aish...ah dompetku” gerutu Luhan setelah tahu kalau ternyata dompetnya juga tersiram minuman.

Luhan mengeluarkan beberapa lembar uang yang terkena minuman tadi dan diletakkan di atas bantal, dan saat itu Eunhee ternyata sudah membuka matanya dan melihat apa yang dilakukan Luhan.

Luhan tak pernah tahu kalau apa yang terjadi membuat Eunhee menjadi salah paham dan saat Luhan berada dikamar mandi, Eunhee pergi tanpa sepengetahuan Luhan.

Flashback end

“Pergilah” kata Eunhee.

“Aku sudah menjelaskan yang sebenarnya Eunhee”

“Aku ingin kau pergi Luhan, apa yang kau jelaskan saat ini tak bisa merubah apa yang telah terjadi”

Luhan hanya bisa memandangi Eunhee dengan tatapan tak mengerti, dia telah menjelaskan yang sebenarnya terjadi tapi Eunhee malah menyuruhnya pergi.

“Hyunki anakku Eunhee, tapi...”

“Kenapa kau seyakin itu Luhan, darah kalian hanya kebetulan sama, bahkan jika tak ada kau Jongin juga bisa mendonorkan darahnya untuk Hyunki” potong Eunhee.

“Aku mohon pergilah” lanjut Eunhee. Akhirnya Luhan menuruti apa yang dikatakan Eunhee untuk pergi dari sana, padahal Luhan masih ingin bersama Hyunki yang belum sadarkan diri.

Saat keluar dari rumah sakit pagi sudah menjelang namun aktifitas orang-orang belum dimulai, semalaman Luhan tak tidur dan hanya memejamkan mata membuatnya merasa sangat lelah tapi hari ini dia harus berangkat kerja karna sudah beberapa hari absen dari tugasnya.

Hari semakin siang dan aktifitas semua orang sudah dimulai termasuk pekerja yang ada dirumah sakit tempat Hyunki dirawat. Hyunki baru saja selesai diperiksa oleh dokter setelah Hyunki sadar.

“Omma” panggil Hyunki.

“Ne Xiaolu ada apa?”

“Luhan ahjussi tidak datang kesini?” pertanyaan yang membuat senyum Eunhee seketika menghilang saat mendengar nama Luhan di sebut oleh anaknya.

“Tidak sayang” bohong Eunhee.

“Tapi semalam aku melihatnya omma”

“Mungkin dia sibuk, sudah istirahat ya” Eunhee membenahi selimut Hyunki dan saat itu seseorang membuka pintu kamar Hyunki.

“Chen” sebut Eunhee.

“Aku datang” kata Chen sambil tersenyum.

“Bagaimana bisa kau tahu aku disini?” tanya Eunhee.

“Tadi pagi aku bertemu dengan adikmu, karna semalam aku melihat kedaimu tak ada yang menunggu” jelas Chen.

Hyunki yang belum memejamkan matanya terus melihat kearah Chen, Hyunki belum terlalu mengenal Chen dan hanya melihatny sesekali datang ke kedai ibunya.

“Ahjussi siapa?” tanya Hyunki.

“Aku teman ibumu, kau harus cepat sembuh ya lihat ibumu dia sangat khawatir melihatmu” dan dibalas anggukan oleh Hyunki.

“Ahjussi, kau membawa apa?”

“Oh ini gitar, kau mau mendengarkan paman bernyanyi?” tawar Chen.

“Mmm, aku mau”

“Tapi kau harus janji, kau harus cepat sembuh”

“Ne aku janji”

Chen mulai memetik senar gitarnya dan mulai menyanyikan sebuah lagu, Hyunki tampak menikmati suara indah Chen termasuk Eunhee yang tak lepas memandangi Chen saat bernyanyi.

.
.
.
TBC

Anyeonghaseo, author comeback lagi nich maaf ya sudah membuat kalian nunggu lama lanjutan FF ini, author dari bulan kemaren sibuk apalagi bulan ini soalnya ikut nyiapin lomba 17-an *malah curhat
Masih tetap nunggu lanjutan still wifenya kan? ^_^

Comments

  1. Aaaa....ini kurang pnjng thor...chptr 5 ny d prpanjang dong...it eunhee nya knpa malah gt..kn kasian luhannya

    ReplyDelete
  2. Ok..yg pnjng ne..biar puas baca nya...still wife nya jg d tnggu

    ReplyDelete
  3. Lanjut dong thor, cepet ya. Bagus (y)

    ReplyDelete

Post a Comment

Youre Still My Wife

You’re Still My Wife( part 11)

You’re Still My Wife( part 6)

He’s Your Son (5/?)